Wednesday, 17 July 2013

Indonesia Tenggelam Kemunafikan



Berabad silam ketika peradaban eropa belum mencapai puncaknya Ibnu Khaldun telah meneliti tentang gerak suatu  perdaban dimana peradaban itu muncul berkembang hingga hancurnya  melalui berbagai tahapan dimana tahapan tersebut meliputi rekonsiliasi peradaban melalui kontrak sosial antar masyarakat  yang di barengi dengan rekontruksi persatuan kemudian melangkah maju  dalam persatuan hingga muncul kediktatoran yang menyebabkan kemunduran dan akhirnya menghilangkan peradaban yang diakibatkan hilangnya rasa kepercayaan yang telah dipupuk sejak kontrak sosial antar masyarakat tersebut dicetuskan.
Hal ini banyak terjadi di berbagai belahan dunia saat ini, Arab Spring misalnya. Berakhirnya perang dunia kedua menciptakan berbagai kontrak sosial di negara-negara arab, yang percaya bahwa melaui kebersamaan dan sistem ketatanegaraan yang dibangunnya secara bersama pasca perang, akan membawa negara kedalam equilibrium. Namun sejalan dengan perkembangannya, kemunculan diktaktor hingga banyaknya korupsi  ditubuh pemerintah dalam negara, pada akhirnya memunculkan gerakan-gerakan anti pemerintah.  Sehingga ke utuhan kontrak sosial mulai terganggu dan menghasilkan konflik hingga terjadi pengulingan rezim. Yang timbul akibat ketidak percayaan rakyat terhadap pemerintah.
Bercermin pada masa lalu, upaya persuasif pernah diupayakan  oleh rakyat Indonesia dalam rangka menciptakan kehidupan negara kearah yang lebih baik. Upaya perubahan dilakukan oleh rakyat Indonesia melalui jalan Reformasi dengan mengangkat kembali Kontrak Sosial yang dahulu di agungkan sebagai cara untuk membawa Indonesia menuju kemakmuran.
Namun ketika Reformasi bergulir, setelah gerakan ini berhasil mengulingkan rezim yang dinilai telah salah membawa negara dan telah melampaui batas dalam mengatur pemerintahan.  Rakyat Indonesia mulai dihadapkan kembali dengan luka masa lalu. Korupsi, Kolusi dan Nepotisme kian terang-terangan  dinampakkan dalam layar kaca hingga banyak dari rakyat mulai merasa jenuh dan kian berandai-andai dalam ketidak pastian hidup akan kemana negara membawa mereka.
Tokoh nasional yang diharapkan akan membawa mereka kearah lebih baik tidak pernah membawa mereka kearah kebaikan, dan justru menampakan perselisihan serta persekongkolan yang digunakan untuk memperkaya diri mereka sendiri. Hukum yang diharapkan membawa keadilan seakan buta dan tidak mampu membawa keadilan atas vonis-vonis yang dilakukan pada penghinat persatuan negara. Hal ini di perparah dengan ketidak kondusifan kehidupan politik di negeri ini, Politik saling menjatuhkan yang pernah dilakukan oleh parpol di era awal orde baru di tahun 1970-an mulai terulang.  Saling jerat kesalahan, memperburuk citra parpol saingan hingga saling klaim atas kebaikan masing-masing parpol menambah bingung keadaaan rakyat.
Rakyat semakin terbebani  oleh berbagai permasalahan, kebutuhan pokok  berupa kesejahteraan ekonomi tidak kunjung tiba, ketidak percayaan akan pimpinan (pemerintah) meraja lela. Rakyat hanya dapat menahan amarah terdiam tegun menghadapi permasalahannya. Bagai bom waktu rakyat menunggu guncangannya. Bukan upaya persuasif dengan mengankat tangan menuntut di kembalikannya nafas negara  sesuai tujuannya. Namun tuntutan baru atas  bagaimana cara  negara membawa mereka kearah kesejahteraan yang diharapkannya.
Yusril Izamahendra pernah berkata didalam Indonesia Lawyer Club TV. One, tentang bagaimana negara yang baik membangun kehidupannya. Ketika negara dipimpin oleh individu yangbaik yang menciptakan lingkungan hukum yang baik maka orang yang didalamnya akan di paksa menjadi baik begitu juga dengan sistem atau lingkungan yang tidak baik maka orang yang didalamnya akan terpaksa menjadi tidak baik. Ia membandingkan dengan negara tetangga kita Singapura disaat orang indonesia datang ke Singapura maka orang Indonesia terpaksa menjadi baik  begitu sebaliknya ketika warga Singapura datang ke batam wilayah Indonesia maka iapun akan berprilaku sebagaimana orang di Indonesia.
Bom waktu tidak akan pernah menyala ketika rakyat menemui harapannya. Kepemimpinan bersih yang berhasil membawa kesejahteraan bagi mereka hanya muncul ketika ketegasan akan menajemen benar-benar terlaksana dan mengarah kepada kemajuan negara. Hingga akhirnya kepercayaan rakyat tidak pernah goyah dan menjadi kekuatan bagi negara untuk tetap eksis dengan cita-citanya.
Masa lalu mencatat, banyak asas di upayakan untuk mengokohkan kedaulatan rakyat melalui negaranya. Paham Nasionalis, Islamis hingga Sosialis pernah di upayakan dalam negara ini melalui para pengeraknya. Namun Pancasila dapat mempertahankannya hingga saat ini,  68 tahun sudah kontrak sosial yang pertama kali dicetuskan membawa Indonesia di alamnya. Dengan hanya menjadi pajangan berhala di tengah keong raksasa dan tidak pernah menampakan kesaktiannya. Kesaktian pancasila tidak pernah menjadi kekuatan dalam bernegara, hingga upaya mengalakan kehidupan negara dengan berpancasila  harus benar-benar dilakukan oleh rakyatnya.
Bukan terdiam dalam kemunafikan,  rakyat tertegun menjadi penonton kesakitan pancasila yang terkurung  dalam kemunafikan manajerial  ketidak sesuaian harapan awal cita-cita kehidupannya di tengah keong raksasa.  Pancasila bukanlah berhala ditengah kemunafikan sang penguasa, namun merupakan jiwa yang harus dihidupkan rakyatnya. Rakyat harus benar-benar menjadi pengontrol dirinya, dengan bermanunggal dalam berbineka. Karena oleh adanya rakyatlah negara ini tercipta.  Wakil rakyat bukan pengambil keputusan utama dalam setiap konsep penuh retorika. Namun rakyatlah yang harus bersua dan bergerak ketika terjadi kesalahan dalam kepemimpinan yang telah salah dalam membawanya.


 

Thursday, 11 July 2013

Pengtahuan Peta Kontur / Peta Topografi (Bakorsurtanal)




Pada dasarnya ini adalah makalah yang diberikan pada saya saat mengikuti kegiatan Pra Ekspedisi pengambilan nomor Anggota pada divisi Gunung Hutan di KPA ARKADIA UIN JAKARTA. Semoga bermanfaat untuk semua.
BAB I
Pengertian Peta

Peta adalah suatu gambaran dari unsur-unsur alam dan atau buatan manusia, yang berada di atas maupun di bawah permukaan bumi yang digambarkan pada suatu bidang datar dengan skala tertentu. Secara umum, peta dikategorikan menurut fungsinya menjadi 2 (dua) yaitu :

  1. Peta Dasar.
Peta dasar di Indonesia adalah Peta Rupabumi, yaitu peta yang menampilkan sebagian unsur-unsur buatan manusia (kota, jalan, struktur bangunan lain) serta unsur alam (relief, sungai, danau, gunung, dsb) pada bidang datar dengan skala dan proyeksi tertentu. Peta Rupabumi dalam istilah asingnya sering disebut sebagai Topographic Map.



Gambar potongan Peta Rupabumi Indonesia

  1. Peta Tematik:
peta yang menyajikan tema tertentu dan untuk kepentingan tertentu (land status, penduduk, transportasi dll.) dengan menggunakan peta rupabumi yang telah disederhanakan sebagai dasar untuk meletakkan informasi tematiknya.

Selain itu,ada beberapa klasifikasi yang lain sebagai berikut :
1.    Berdasarka skala :
a.    Besar : 1: 500 s.d. 1:10.000
b.    Sedang: 1: 25.000 s.d. 1:250.000
c.    Kecil : 1: 500.000 s.d. 1:5.000.000
2.    Tujuan :
a.    Perencanaan,
b.    Tata ruang.
3.    Jenis :
a.    Peta Garis.
b.    Peta Foto.

Instansi yang bertanggung jawab terhadap pembuatan Peta Rupabumi Indonesia adalah Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional disingkat BAKOSURTANAL. Selain itu BAKOSURTANAL juga menyediakan penyiapan dan mempublikasikan seri-seri peta dasar nasional atau peta rupabumi. Peta dasar nasional tersebut selanjutnya dapat digunakan untuk pembuatan peta-peta tematik, misalnya Peta Tematik Sumberdaya Alam Nasional.

Fungsi Peta

Peta sangat diperlukan oleh manusia. Dengan peta Anda dapat mengetahui atau  Menentukan lokasi yang Anda cari, walaupun Anda belum pernah mengunjungi tempat tersebut.
Secara umum fungsi peta dapat disimpulkan sebagai berikut:
  1. Menunjukkan posisi atau lokasi suatu tempat di permukaan bumi.
  2. Memperlihatkan ukuran (luas, jarak) dan arah suatu tempat di permukaan bumi.
  3. Menggambarkan bentuk-bentuk di permukaan bumi, seperti benua, negara, gunung, sungai dan bentuk-bentuk lainnya.
  4. Membantu peneliti sebelum melakukan survei untuk mengetahui kondisi daerah yang akan diteliti.
  5. Menyajikan data tentang potensi suatu wilayah.
  6. Alat analisis untuk mendapatkan suatu kesimpulan.
  7. Alat untuk menjelaskan rencana-rencana yang diajukan.
  8. Alat untuk mempelajari hubungan timbal-balik antara fenomena-fenomena (gejala- ejala)  geografi di permukaan bumi.


 
BAB II
Bagian-bagian Peta Rupabumi

Peta rupabumi dapat berfungsi dengan baik bila seorang pemakai dapat membaca informasi peta dengan mudah. Membaca peta merupakan suatu kegiatan tahap awal di dalam menggunakan peta. Kegiatan ini tidak terbatas pada kemampuan untuk menafsirkan simbol, teks, dan gambar saja namun perlu memahami sepenuhnya terhadap keadaan lapangan yang digambarkan.

Pada dasarnya dalam sebuah Peta Rupabumi Indonesia akan ditemui 2 (dua) informasi, yaitu:
  1. Muka peta, merupakan bagian pokok peta yang menunjukkan sejumlah obyek yang ada di daerah tertentu dan termasuk informasi tersebut.
  2. Informasi tepi peta, merupakan bagian peta yang berisi penjelasan secara detil, yang dapat membantu menggunakan peta.

Desain Peta Rupabumi Indonesia dibuat sedemikian rupa dan dituangkan dalam suatu spesifikasi teknis. Spesifikasi ini selanjutnya diterbitkan dalam bentuk buku dan telah merupakan produk SNI (Standar Nasional Indonesia).
Tata letak seri Peta Rupabumi Indonesia produksi BAKOSURTANAL dapat dilihat pada gambar di bawah ini:


Keterangan :
a.    Judul dan Nomor Lembar Peta, biasanya nama yang digunakan adalah nama kota atau daerah yang penting dan bisanya terletak di tengah-tengah peta.
b.    Petunjuk letak peta dan diagram lokasi.
c.    Sistem Peta yang digunakan, Proyeksi, sistem grid, datum geografi dan satuan
d.    Penerbit dan Pembuat Peta
e.    Keterangan (Legenda dan Simbol) Peta
f.     Riwayat Peta
g.    Petunjuk transformasi koordinat peta (koordinat Geografi ke UTM dan dari UTM ke Geografi)
h.    Pembagian daerah Administrasi
i.      Selang Kontur, Skala Numerik dan Skala Grafis
j.      Diagram dan keterangan yang menunjukan deviasi antara Utara Geografi dan Utara Grid, dan deviasi antara Utara Grid dan Utara Magnet di pusat lembar peta. (Deklinasi Magnet)
k.    Muka peta

Beberapa bagian peta  yang perlu diperhatikan adalah:
  1. Simbol, merupakan penggambaran dari kenampakan yang ada di permukaan bumi.
  2. Skala peta, erat kaitannya dengan ukuran geometri bumi, misalnya perbandingan jarak di lapangan dengan jarak di peta.
  3. Sistem koordinat, berkaitan dengan penentuan posisi obyek yang di lapangan.
  4. Arah Utara, panduan arah ke target Utara di peta dan dipakai sebagai penunjuk arah ke utara bila kita berada di lapangan.

 
BAB III

Simbol, Warna, dan Relief


Informasi yang ditampilkan pada muka peta adalah kenampakan-kenampakan yang menggambarkan unsur-unsur sebagai berikut:
  1. Buatan manusia, seperti: jalan, rel kereta api, bangunan, sawah, dan sebagainya
  2. Perairan, seperti: danau, rawa, sungai, dan sebagainya
  3. Unsur alam, seperti: gunung, bukit, pegunungan, lembah, dan sebagainya
  4. Tumbuhan, seperti: hutan, semak belukar, padang rumput, dan sebagainya

Unsur di atas adalah kenampakan-kenampakan yang nyata wujudnya. Unsur yang tidak nyata tetap akan ditampilkan, misalnya: koordinat geografi dan koordinat sistem proyeksi (L, B, dan X, Y), garis kontur, batas administrasi dll. Walaupun unsur tersebut bersifat abstrak, namun merupakan unsur penting di dalam menggambarkan permukaan bumi.

Penggambaran obyek atau kenampakan di lapangan pada suatu peta digunakan bentuk simbol. Simbol dapat berupa diagram, desain, huruf, karakter atau singkatan yang ditempatkan pada peta. Simbol-simbol yang digunakan pada peta harus memiliki bentuk yang mudah dikenali dan jelas. Namun demikian ada pula simbol-simbol peta yang perlu dijelaskan artinya. Penjelasan simbol-simbol ini dapat diketahui pada legenda (keterangan). Perlu diperhatikan bahwa simbol letaknya terdapat di dalam muka peta, sedangkan legenda letaknya di informasi tepi.

Keberadaan sejumlah simbol pada peta akan tergantung pada skala peta. Suatu simbol belum tentu akan selalu tampil pada setiap skala peta yang berbeda, demikian pula sebaliknya. Hal ini tergantung dari obyek yang menentukan karakteristik daerah yang digambarkan. Secara umum ada 3 (tiga) bentuk simbol peta, yaitu: titik, garis, dan area. Simbol titik misalnya menggambarkan pusat ibukota administrasi, bandara, pelabuhan, dan sebagainya. Simbol garis menggambarkan obyek linier, misalnya jalan, rel kereta api, sungai, dan sebagainya. Sedangkan simbol area membentuk suatu luas area, misalnya sawah, hutan, danau, pemukiman, dan sebagainya.

Di bawah ini adalah simbol dan warna yang biasa digunakan untuk peta dasar rupabumi Indonesia  skala 1 : 25.000, skala 1 : 50.000 dan skala 1 : 250.000.


Warna pada peta rupabumi
Merah
unsur transportasi darat seperti, jalan, jalan setapak.
Hitam
unsur buatan manusia, gedung, rumah, jembatan, dan batas administrasi
Biru
unsur hidrologi seperti air, sungai, danau, dan sawah.
Coklat
unsur relif, garis kontur
Hijau
unsur vegetasi seperti hutan, Kebun, dan belukar.
Putih.       
unsur yang sedikit vegetasinya seperti tegalan


Simbol Unsur Hidrografi













Simbol; Unsur Relief dan Titik Kontrol Geografi










Simbol Unsur Vegetasi



Di bawah ini adalah simbol dan warna yang biasa digunakan untuk Aeronautical Chart ICAO skala1 : 250.000.

Text Box: Gunakan peta skala kecil bila bernavigasi dengan kendaraan bermotor, mobil, kapal atau pesawat, sebaliknya peta skala besar bila berjalan kaki.






Selain menampilkan kenyataan di muka bumi dengan menggunakan simbol titik, garis, dan area, peta juga menampilkan bentuk permukaan bumi yang diwakili oleh kontur.
Kontur adalah garis maya di permukaan bumi dengan nilai ketingian yang sama, garis kontur menggambarkan bentuk permukaan bumi dalam tiga dimensi pada bidang datar atau peta. Nilai dari garis kontur ditentukan dari ketinggian di atas muka air laut rata-rata. Perbedaan nilai tinggi antar kontur disebut sebagai selang kontur. Pada Peta Rupabumi Indonesia, nilai (angka) tinggi  biasa dicetak pada garis kontur indek (yang digambarkan lebih tebal) ditulis ke arah puncak (daerah yang lebih tinggi).



Kontur selang 5 meter


Indek garis kontur digambar lebih tebal adalah garis kontur yang mempunyai tinggi 740 dan 760 meter

Selang kontur
Skala
Selang Kontur
1 :  10.000
1 :  25.000
1 :  50.000
1 :  100.000
1 :  250.000
5 m
12.5 m
25 m
50 m
100 m


Titik tinggi (spot height) digunakan untuk menggambarkan daerah yang paling tinggi dan untuk dataran yang luas dimana perbedaan tinggi permukaan tidak begitu tajam sehingga tidak bisa lagi digambarkan dalam garis kontur.

Titik tinggi 740 dan 750 meter di atas muka laut






Garis Kontur dan bentuk relief
 

Dengan hanya melihat bentuk garis kontur maka dapat diperkirakan bentuk permukaan bumi yang sesungguhnya. Pada gambar di samping ini memperlihatkan bagaimana kemiringan suatu permukaan bumi yang digambarkan dengan garis kontur,
Untuk kemiringan yang curam jarak antar garis kontur rapat dan untuk kemiringan yang landai jarak antar garis kontur renggang



BAB IV

Sekala dan Sistem Koordinat Peta


Skala Peta Rupabumi Indonesia digambarkan dalam 2 (dua) cara, yaitu skala numeris dan skala grafis. Skala numeris 1 : 50.000 menyatakan perbandingan jarak di peta dan jarak di permukaan bumi.

Jarak 1 cm di peta
Skala
Jarak di Lapangan

 Besar

1 :  10.000
1 :  25.000
1 :  50.000


1 :  100.000
1 :  250.000
1 :  1.000.000


100 m
250 m
500 m


1 km
2.5 km
10 km


Kecil

Menentukan panjang suatu jarak 5 km di atas permukaan bumi pada Peta RBI Skala 1 : 50.000 secara numeris adalah  :
1/50000 x jarak di permukaan bumi.
5 km = 5.000 m = 500.000 cm.
Text Box: Gunakan peta skala kecil bila bernavigasi dengan kendaraan bermotor, mobil, kapal atau pesawat, sebaliknya peta skala besar bila berjalan kaki.
1/50.000 x 500.000 cm = 10 cm.
Jadi 5 km di permukaan bumi sama dengan 10 cm di atas peta skala 1 : 50.000.   Semakin besar skala peta maka semakin kecil area yang tergambar tetapi semakin detil informasi yang ditampilkan.

Kebun Raya Bogor, Peta RBI  skala 1 : 10.000




Kebun Raya Bogor, Peta RBI skala 1 : 250.000









Menentukan panjang  jarak  lurus pada peta, gunakan sehelai kertas dan letakan pada dua titik di peta yang akan diukur jaraknya, beri tanda titik tersebut pada kertas yang telah disiapkan. Kemudian letakan kertas tersebut pada skala garfis yang terletak di tengah bawah peta, himpitkan salah satu titik yang sudah diberi tanda di kertas pada skala  dan baca jarak pada titik/tanda yang lain pada skala grafis.
Menentukan panjang jarak lengkung pada peta, gunakan benang untuk mengikuti suatu rute yang akan diukur panjangnya, kemudian setelah rute tersebut diukur regangkan/bentangkan benang tersebut dan ukur dengan pengaris atau skala garfis yang terdapat di peta, atau gunakan jangka (alat untuk mengambar lingkaran) yaitu dengan mengeset jarak jarum dan pensil jangka tersebut pada skala grafis peta sepanjang 0.5 km dan kemudian “melangkah” dengan jangka tersebut sepanjang rute yang akan ditentukan jaraknya dan kemudian dari  jumlah “langkah”  jangka sepanjang rute dapat diketahui panjang jarak rute yang diukur.
Skala Grafis dibuat untuk membantu secara visual dalam menentukan jarak pada peta dan dapat dilihat pada bagian tengan bawah lembar peta, skala grafis digambarkan dalam satuan km.

Skala Grafis


Sistem Koordinat Peta

Peta RBI menggunakan dua cara untuk menentukan lokasi objek di atas peta, yaitu menggunakan sistem kordinat geografi dan sistem koordinat proyeksi/peta.

Koordinat Geografi, sebagai lintang dan bujur dalam satuan derajat, menit dan detik
Lintang adalah adalah sudut busur pada meridian, diukur ke arah utara atau selatan katulistiwa (katulistiwa adalah lintang 0°, kutub utara adalah lintang 90° U dan kutub selatan adalah 90° S).
Bujur adalah sudut busur  diukur ke timur atau barat dari lingkaran meredian utama (awal) melalui Greenwich, Inggris.

Satuan derajat
1 derajat 
1 menit
 60 menit
 60 sekon

Garis Vertikal menunjukkan Bujur dalam penulisannya apabila diikuti dengan huruf T (106° 52’ 30” T) maka menunjukan Bujur Timur dan Garis Horisontal menunjukan Lintang dalam penulisannya apabila diikuti dengan huruf U atau S (6° 52’ 30” U atau 6° 52’ 30” S) menunjukan Lintang Utara atau Lintang Selatan dari katulistiwa.
  


Koordinat Geografi



Koordinat Proyeksi/Peta, adalah sistem koordinat kartesian dua dimensi utara dan timur (northing dan easting) atau x dan y  dalam satuan meter. Sistem Transvere  Merkator memproyeksikan koordinat geografi ke dalam silinder yang bersinggungan dengan katulistiwa dan memotong pada satu meredian, untuk memperkecil distorsi, bumi dirotasikan di dalam silinder yang menyebabkan meredian yang berbeda menyinggung silinder pada area yang berbeda. Ini menghasilkan bidang utara-selatan, yang dinamakan sebagai zona.
Titik asal (true origin) setiap zona adalah perpotongan antara katulistiwa dan meredian tengah (perpotongan antara meredian dengan silinder), biasanya untuk menghindari nilai negatif pada koordinat digunakan koordinat semu (false origin). Sistem proyeksi ini kemudian digunakan oleh Indonesia dengan datum ID-74 untuk memproduksi peta RBI berbagai sekala dan sekarang dengan mengunakan datum DGN-95 untuk memproduksi peta RBI dijital. 

 
Zona UTM



Contoh koordinat titik GPS  N.0001 Bakosurtanal
No. Titik
N.0001 Bakosurtanal
Geografi
Lintang   6°  29’  02,7958”   S
Bujur  106°  30’  56,0750”   T
UTM
Timur   704462,046  meter
Utara  9282139,677  meter
Zona   48


Garis grid geografi dan tick UTM  peta


Peta Rupabumi Indonesia Skala 1 : 10.000 berukuran 2’ 30” x 2’ 30” dimana ukuran tersebut dibagi dalam 15 x 15 kotak grid yang dibentuk oleh garis vertikal (bujur) dan garis horisontal (lintang) yang biasa dikenal sebagai grid geografi yang berukuran 10” x 10”. Pada bagian bawah peta terdapat garis hitam horizontal dengan tick pendek dan panjang mempunyai jarak antar tick  200 meter, dimana tick panjang mempunyai indek koordinat UTM untuk sumbu Timur dan bagian kanan peta terdapat garis hitam vertikal dengan tick pendek dan panjang mempunyai jarak antar tick 200 meter, dimana tick panjang mempunyai indek koordinat UTM untuk sumbu Utara.

Ukuran Peta RBI
Skala
1 :
Ukuran Muka
Peta
Jumlah
Kotak Grid
Ukuran
Kotak Grid
Jarak
Tick
UTM
10.000
2’ 30” x 2’ 30”
15 x15
10” x10”
200 m
25.000
7’ 30” x 7’ 30”
15 x15
30” x 30”
1000 m
50.000
15’ x 15’
15 x15
1’ x 1’
1000 m
250.000
1° x 1° 30’
6 x 9
10’ x 10’
10000 m





Informasi lainnya yang terdapat pada peta rupabumi adalah system koordinat gratikul atau geografi dan sistem koordinat proyeksi Transvere Mercator (TM) atau lebih dikenal sistem koordinat grid Universal Transverse Mercator (UTM). Kedua sistem koordinat ini digunakan untuk menentukan posisi suatu obyek di peta atau di lapangan.



BAB V
Melipat Peta

Bahan utama peta adalah kertas yang mudah robek bila tidak ditangani secara benar dan untuk menjaga peta dalam kondisi yang baik adalah melipat dengan aturan tertentu.
Pertama, lipat peta menjadi dua bagian yang sama. Lihat gambar di bawah ini  peta dilipat melalui  garis A-B.

Peta dilipat melalui garis A-B



Kedua, lipat kembali setengah bagian (langkah pertama) menjadi dua bagian yang sama  , dimana muka peta menghadap keluar. Lihat gambar di bawah ini  peta dilipat melalui garis C-D dan lipat kembali setengah bagian lainnya melalui garis E-F



Peta dilipat melalui garis C-D dan E-F


Peta dilipat melalui garis G-H dan I-J



Terakhir, setelah langkah pertama dan kedua, lipat peta menjadi tiga bagian sama lebar. Lihat gambar di atas dimana bagian judul peta menghadap keluar melalui garis G-H dilipat kedalam melalui garis I-J.

Text Box: Gunakan peta skala kecil bila bernavigasi dengan kendaraan bermotor, mobil, kapal atau pesawat, sebaliknya peta skala besar bila berjalan kaki.
Peta dilipat melalui garis G-H

Text Box: Lipat peta tepat pada judul dan nomor lembar, sehingga apabila disusun dalam tumpukan akan  mudah ditemukan kembali









Source : Pelatihan Orienteering Bagi Mahasiswa dan Umum,  Institut Pertanian Bogor Bekerjasama dengan Bakorsurtanal. 2009