Pada dasarnya ini adalah makalah yang diberikan pada saya saat mengikuti kegiatan Pra Ekspedisi pengambilan nomor Anggota pada divisi Gunung Hutan di KPA ARKADIA UIN JAKARTA. Semoga bermanfaat untuk semua.
BAB I
Peta adalah suatu gambaran dari
unsur-unsur alam dan atau buatan manusia, yang berada di atas maupun di bawah
permukaan bumi yang digambarkan pada suatu bidang datar dengan skala tertentu. Secara
umum, peta dikategorikan menurut fungsinya menjadi 2 (dua) yaitu :
- Peta Dasar.
Peta dasar di Indonesia adalah Peta Rupabumi, yaitu peta yang
menampilkan sebagian unsur-unsur buatan manusia (kota, jalan, struktur bangunan lain) serta
unsur alam (relief, sungai, danau, gunung, dsb) pada bidang datar dengan skala
dan proyeksi tertentu. Peta Rupabumi dalam istilah asingnya sering disebut
sebagai Topographic Map.
Gambar potongan
Peta Rupabumi Indonesia
- Peta Tematik:
peta yang
menyajikan tema tertentu dan untuk kepentingan tertentu (land status,
penduduk, transportasi dll.) dengan menggunakan peta rupabumi yang telah
disederhanakan sebagai dasar untuk meletakkan informasi tematiknya.
Selain
itu,ada beberapa klasifikasi yang lain sebagai berikut :
a. Besar : 1: 500 s.d. 1:10.000
b. Sedang: 1: 25.000 s.d.
1:250.000
c. Kecil : 1: 500.000 s.d.
1:5.000.000
Instansi yang bertanggung jawab
terhadap pembuatan Peta Rupabumi Indonesia adalah Badan Koordinasi
Survei dan Pemetaan Nasional disingkat BAKOSURTANAL. Selain itu BAKOSURTANAL
juga menyediakan penyiapan dan mempublikasikan seri-seri peta dasar nasional
atau peta rupabumi. Peta dasar nasional tersebut selanjutnya dapat digunakan
untuk pembuatan peta-peta tematik, misalnya Peta Tematik Sumberdaya Alam
Nasional.
Peta sangat diperlukan oleh manusia. Dengan
peta Anda dapat mengetahui atau Menentukan
lokasi yang Anda cari, walaupun Anda belum pernah mengunjungi tempat tersebut.
Secara umum fungsi peta dapat disimpulkan
sebagai berikut:
- Menunjukkan
posisi atau lokasi suatu tempat di permukaan bumi.
- Memperlihatkan
ukuran (luas, jarak) dan arah suatu tempat di permukaan bumi.
- Menggambarkan
bentuk-bentuk di permukaan bumi, seperti benua, negara, gunung, sungai dan
bentuk-bentuk lainnya.
- Membantu
peneliti sebelum melakukan survei untuk mengetahui kondisi daerah yang akan
diteliti.
- Menyajikan
data tentang potensi suatu wilayah.
- Alat
analisis untuk mendapatkan suatu kesimpulan.
- Alat
untuk menjelaskan rencana-rencana yang diajukan.
- Alat untuk mempelajari
hubungan timbal-balik antara fenomena-fenomena (gejala- ejala) geografi
di permukaan bumi.
Bagian-bagian Peta Rupabumi
Peta rupabumi dapat berfungsi
dengan baik bila seorang pemakai dapat membaca informasi peta dengan mudah.
Membaca peta merupakan suatu kegiatan tahap awal di dalam menggunakan peta.
Kegiatan ini tidak terbatas pada kemampuan untuk menafsirkan simbol, teks, dan
gambar saja namun perlu memahami sepenuhnya terhadap keadaan lapangan yang
digambarkan.
Pada dasarnya dalam sebuah Peta
Rupabumi Indonesia
akan ditemui 2 (dua) informasi, yaitu:
- Muka peta, merupakan bagian pokok peta
yang menunjukkan sejumlah obyek yang ada di daerah tertentu dan termasuk
informasi tersebut.
- Informasi tepi peta, merupakan bagian
peta yang berisi penjelasan secara detil, yang dapat membantu menggunakan
peta.
Desain Peta Rupabumi Indonesia
dibuat sedemikian rupa dan dituangkan dalam suatu spesifikasi teknis.
Spesifikasi ini selanjutnya diterbitkan dalam bentuk buku dan telah merupakan
produk SNI (Standar Nasional Indonesia).
Tata letak seri Peta Rupabumi Indonesia
produksi BAKOSURTANAL dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
a. Judul dan Nomor Lembar Peta,
biasanya nama yang digunakan adalah nama kota atau daerah yang penting dan
bisanya terletak di tengah-tengah peta.
b. Petunjuk letak peta dan
diagram lokasi.
c.
Sistem Peta yang digunakan, Proyeksi,
sistem grid, datum geografi dan satuan
d.
Penerbit dan Pembuat Peta
e.
Keterangan (Legenda dan Simbol) Peta
g.
Petunjuk transformasi koordinat peta
(koordinat Geografi ke UTM dan dari UTM ke Geografi)
h.
Pembagian daerah Administrasi
i.
Selang Kontur, Skala Numerik dan Skala
Grafis
j.
Diagram dan keterangan yang menunjukan
deviasi antara Utara Geografi dan Utara Grid, dan deviasi antara Utara Grid dan
Utara Magnet di pusat lembar peta. (Deklinasi Magnet)
Beberapa bagian peta yang perlu diperhatikan adalah:
- Simbol, merupakan penggambaran dari
kenampakan yang ada di permukaan bumi.
- Skala peta, erat kaitannya dengan ukuran
geometri bumi, misalnya perbandingan jarak di lapangan dengan jarak di
peta.
- Sistem koordinat, berkaitan dengan
penentuan posisi obyek yang di lapangan.
- Arah Utara, panduan arah ke target Utara
di peta dan dipakai sebagai penunjuk arah ke utara bila kita berada di
lapangan.
Simbol, Warna, dan Relief
Informasi yang ditampilkan pada
muka peta adalah kenampakan-kenampakan yang menggambarkan unsur-unsur sebagai
berikut:
- Buatan manusia, seperti: jalan, rel kereta
api, bangunan, sawah, dan sebagainya
- Perairan, seperti: danau, rawa, sungai,
dan sebagainya
- Unsur alam, seperti: gunung,
bukit, pegunungan, lembah, dan sebagainya
- Tumbuhan,
seperti: hutan, semak belukar, padang
rumput, dan sebagainya
Unsur di atas adalah kenampakan-kenampakan
yang nyata wujudnya. Unsur yang tidak nyata tetap akan ditampilkan, misalnya:
koordinat geografi dan koordinat sistem proyeksi (L, B, dan X, Y), garis
kontur, batas administrasi dll. Walaupun unsur tersebut bersifat abstrak, namun
merupakan unsur penting di dalam menggambarkan permukaan bumi.
Penggambaran obyek atau kenampakan di
lapangan pada suatu peta digunakan bentuk simbol. Simbol dapat berupa diagram,
desain, huruf, karakter atau singkatan yang ditempatkan pada peta. Simbol-simbol
yang digunakan pada peta harus memiliki bentuk yang mudah dikenali dan jelas.
Namun demikian ada pula simbol-simbol peta yang perlu dijelaskan artinya.
Penjelasan simbol-simbol ini dapat diketahui pada legenda (keterangan). Perlu
diperhatikan bahwa simbol letaknya terdapat di dalam muka peta, sedangkan
legenda letaknya di informasi tepi.
Keberadaan sejumlah simbol pada peta akan
tergantung pada skala peta. Suatu simbol belum tentu akan selalu tampil pada
setiap skala peta yang berbeda, demikian pula sebaliknya. Hal ini tergantung
dari obyek yang menentukan karakteristik daerah yang digambarkan. Secara umum
ada 3 (tiga) bentuk simbol peta, yaitu: titik, garis, dan area. Simbol titik
misalnya menggambarkan pusat ibukota administrasi, bandara, pelabuhan, dan
sebagainya. Simbol garis menggambarkan obyek linier, misalnya jalan, rel kereta
api, sungai, dan sebagainya. Sedangkan simbol area membentuk suatu luas area,
misalnya sawah, hutan, danau, pemukiman, dan sebagainya.
Di bawah
ini adalah simbol dan warna yang biasa digunakan untuk peta dasar rupabumi
Indonesia skala 1 : 25.000, skala 1 :
50.000 dan skala 1 : 250.000.
Merah
|
unsur
transportasi darat seperti, jalan, jalan setapak.
|
Hitam
|
unsur buatan
manusia, gedung, rumah, jembatan, dan batas administrasi
|
Biru
|
unsur
hidrologi seperti air, sungai, danau, dan sawah.
|
Coklat
|
unsur relif, garis kontur
|
Hijau
|
unsur
vegetasi seperti hutan, Kebun, dan belukar.
|
Putih.
|
unsur yang
sedikit vegetasinya seperti tegalan
|
Simbol; Unsur
Relief dan Titik Kontrol Geografi
Di bawah
ini adalah simbol dan warna yang biasa digunakan untuk Aeronautical Chart ICAO
skala1 : 250.000.
Selain menampilkan kenyataan di muka bumi
dengan menggunakan simbol titik, garis, dan area, peta juga menampilkan bentuk
permukaan bumi yang diwakili oleh kontur.
Kontur
adalah garis maya di permukaan bumi dengan nilai ketingian yang sama, garis
kontur menggambarkan bentuk permukaan bumi dalam tiga dimensi pada bidang datar
atau peta. Nilai dari garis kontur ditentukan dari ketinggian di atas muka air
laut rata-rata. Perbedaan nilai tinggi antar kontur disebut sebagai selang
kontur. Pada Peta Rupabumi Indonesia, nilai (angka) tinggi biasa dicetak pada garis kontur indek (yang
digambarkan lebih tebal) ditulis ke arah puncak (daerah yang lebih tinggi).
Indek
garis kontur digambar lebih tebal adalah garis kontur yang mempunyai tinggi 740
dan 760 meter
Skala
|
Selang Kontur
|
1 :
10.000
1 :
25.000
1 :
50.000
1 :
100.000
1 :
250.000
|
5 m
12.5 m
25 m
50 m
100 m
|
Titik
tinggi (spot height) digunakan untuk menggambarkan daerah yang paling tinggi
dan untuk dataran yang luas dimana perbedaan tinggi permukaan tidak begitu
tajam sehingga tidak bisa lagi digambarkan dalam garis kontur.
Titik tinggi 740 dan 750 meter di atas muka laut
Garis Kontur
dan bentuk relief
Dengan hanya melihat bentuk garis kontur maka dapat diperkirakan bentuk
permukaan bumi yang sesungguhnya. Pada gambar di samping ini memperlihatkan
bagaimana kemiringan suatu permukaan bumi yang digambarkan dengan garis kontur,
Untuk kemiringan yang curam jarak antar garis
kontur rapat dan untuk kemiringan yang landai jarak antar garis kontur renggang
Sekala dan Sistem Koordinat Peta
Skala
Peta Rupabumi Indonesia digambarkan dalam 2 (dua) cara, yaitu skala numeris dan
skala grafis. Skala numeris 1 : 50.000 menyatakan perbandingan jarak di peta
dan jarak di permukaan bumi.
Skala
|
Jarak di Lapangan
|
Besar
|
1 : 10.000
1 : 25.000
1 : 50.000
1 : 100.000
1 : 250.000
1 : 1.000.000
|
100 m
250 m
500 m
1 km
2.5 km
10 km
|
Kecil
|
Menentukan
panjang suatu jarak 5 km di atas permukaan bumi pada Peta RBI Skala 1 : 50.000
secara numeris adalah :
1/50000 x jarak di permukaan bumi.
5 km = 5.000 m = 500.000 cm.
1/50.000 x 500.000 cm = 10 cm.
Jadi 5
km di permukaan bumi sama dengan 10 cm di atas peta skala 1 : 50.000. Semakin besar skala peta maka semakin kecil
area yang tergambar tetapi semakin detil informasi yang ditampilkan.
Kebun Raya Bogor, Peta RBI skala 1 : 10.000
Kebun Raya Bogor, Peta RBI skala 1 : 250.000
Menentukan panjang jarak
lurus pada peta, gunakan sehelai kertas dan letakan pada dua titik di peta
yang akan diukur jaraknya, beri tanda titik tersebut pada kertas yang telah
disiapkan. Kemudian letakan kertas tersebut pada skala garfis yang terletak di
tengah bawah peta, himpitkan salah satu titik yang sudah diberi tanda di kertas
pada skala dan baca jarak pada
titik/tanda yang lain pada skala grafis.
Menentukan panjang jarak lengkung
pada peta, gunakan
benang untuk mengikuti suatu rute yang akan diukur panjangnya, kemudian setelah
rute tersebut diukur regangkan/bentangkan benang tersebut dan ukur dengan
pengaris atau skala garfis yang terdapat di peta, atau gunakan jangka (alat
untuk mengambar lingkaran) yaitu dengan mengeset jarak jarum dan pensil jangka tersebut
pada skala grafis peta sepanjang 0.5 km dan kemudian “melangkah” dengan jangka
tersebut sepanjang rute yang akan ditentukan jaraknya dan kemudian dari jumlah “langkah” jangka sepanjang rute dapat diketahui panjang
jarak rute yang diukur.
Skala Grafis
dibuat untuk membantu secara visual dalam menentukan jarak pada peta dan dapat
dilihat pada bagian tengan bawah lembar peta, skala grafis digambarkan dalam
satuan km.
Peta RBI
menggunakan dua cara untuk menentukan lokasi objek di atas peta, yaitu
menggunakan sistem kordinat geografi dan sistem koordinat proyeksi/peta.
Koordinat Geografi, sebagai lintang dan bujur
dalam satuan derajat, menit dan detik
Lintang
adalah adalah sudut busur pada meridian, diukur ke arah utara atau selatan
katulistiwa (katulistiwa adalah lintang 0°, kutub utara adalah lintang 90° U
dan kutub selatan adalah 90° S).
Bujur
adalah sudut busur diukur ke timur atau
barat dari lingkaran meredian utama (awal) melalui Greenwich, Inggris.
1 derajat
1 menit
|
60
menit
60
sekon
|
Garis
Vertikal menunjukkan Bujur dalam penulisannya apabila diikuti dengan huruf T
(106° 52’ 30” T) maka menunjukan Bujur Timur dan Garis
Horisontal menunjukan Lintang dalam penulisannya apabila diikuti dengan huruf U
atau S (6° 52’ 30” U atau 6° 52’ 30” S) menunjukan
Lintang Utara atau Lintang Selatan dari katulistiwa.
Koordinat Proyeksi/Peta, adalah sistem koordinat
kartesian dua dimensi utara dan timur (northing
dan easting) atau x dan y dalam satuan meter. Sistem Transvere
Merkator memproyeksikan koordinat geografi ke dalam silinder yang bersinggungan
dengan katulistiwa dan memotong pada satu meredian, untuk memperkecil distorsi,
bumi dirotasikan di dalam silinder yang menyebabkan meredian yang berbeda
menyinggung silinder pada area yang berbeda. Ini menghasilkan bidang
utara-selatan, yang dinamakan sebagai zona.
Titik
asal (true origin) setiap zona adalah perpotongan antara katulistiwa dan
meredian tengah (perpotongan antara meredian dengan silinder), biasanya untuk
menghindari nilai negatif pada koordinat digunakan koordinat semu (false
origin). Sistem proyeksi ini kemudian digunakan oleh Indonesia dengan datum
ID-74 untuk memproduksi peta RBI berbagai sekala dan sekarang dengan mengunakan
datum DGN-95 untuk memproduksi peta RBI dijital.
Contoh
koordinat titik GPS N.0001 Bakosurtanal
No. Titik
|
N.0001 Bakosurtanal
|
Geografi
|
Lintang 6° 29’
02,7958” S
Bujur 106° 30’
56,0750” T
|
UTM
|
Timur 704462,046
meter
Utara 9282139,677
meter
Zona 48
|
Garis
grid geografi dan tick UTM peta
Peta Rupabumi Indonesia Skala 1 :
10.000
berukuran 2’ 30” x 2’ 30” dimana
ukuran tersebut dibagi dalam 15 x 15
kotak grid yang dibentuk oleh garis vertikal (bujur) dan garis horisontal
(lintang) yang biasa dikenal sebagai grid geografi yang berukuran 10” x 10”. Pada bagian bawah peta
terdapat garis hitam horizontal dengan tick
pendek dan panjang mempunyai jarak antar
tick 200 meter, dimana tick panjang
mempunyai indek koordinat UTM untuk sumbu Timur dan bagian kanan peta terdapat
garis hitam vertikal dengan tick pendek
dan panjang mempunyai jarak antar tick
200 meter, dimana tick panjang mempunyai indek koordinat
UTM untuk sumbu Utara.
Skala
1 :
|
Ukuran Muka
Peta
|
Jumlah
Kotak Grid
|
Ukuran
Kotak Grid
|
Jarak
Tick
UTM
|
10.000
|
2’
30” x 2’ 30”
|
15
x15
|
10”
x10”
|
200
m
|
25.000
|
7’
30” x 7’ 30”
|
15
x15
|
30”
x 30”
|
1000
m
|
50.000
|
15’
x 15’
|
15
x15
|
1’
x 1’
|
1000
m
|
250.000
|
1°
x 1° 30’
|
6
x 9
|
10’
x 10’
|
10000
m
|
Informasi lainnya yang terdapat pada peta
rupabumi adalah system koordinat gratikul atau geografi dan sistem koordinat
proyeksi Transvere Mercator (TM) atau lebih dikenal sistem koordinat grid
Universal Transverse Mercator (UTM). Kedua sistem koordinat ini digunakan untuk
menentukan posisi suatu obyek di peta atau di lapangan.
Bahan
utama peta adalah kertas yang mudah robek bila tidak ditangani secara benar dan
untuk menjaga peta dalam kondisi yang baik adalah melipat dengan aturan
tertentu.
Pertama,
lipat peta menjadi dua bagian yang sama. Lihat gambar di bawah ini peta dilipat melalui garis A-B.
Peta dilipat
melalui garis A-B
Kedua,
lipat kembali setengah bagian (langkah pertama) menjadi dua bagian yang sama , dimana muka peta menghadap keluar. Lihat
gambar di bawah ini peta dilipat melalui
garis C-D dan lipat kembali setengah bagian lainnya melalui garis E-F
Peta dilipat
melalui garis C-D dan E-F
Peta dilipat melalui garis G-H dan
I-J
Terakhir,
setelah langkah pertama dan kedua, lipat peta menjadi tiga bagian sama lebar.
Lihat gambar di atas dimana bagian judul peta menghadap keluar melalui garis
G-H dilipat kedalam melalui garis I-J.
Peta dilipat melalui garis G-H
Source : Pelatihan Orienteering Bagi Mahasiswa dan Umum, Institut Pertanian Bogor Bekerjasama dengan Bakorsurtanal. 2009