Tuesday, 26 March 2013

Kedatangan Islam dan Pengaruhnya di Malaysia

Sejak kedatangannya Islam telah menjadi identitas bagi masyarakat Malaysia, hingga kini dan berdampak pada berbagai aspek kehidupan seperti kehidupan Politik, Sosial, Budaya, Ekonomi dan Pendidikan di Malaysia. Akhir abad 14 merupakan pertanda dimulainya babak baru kehidupan keagamaan di semenanjung Malaya dengan hadirnya Islam sebagai agama yang menjadi dasar Kerajaan Islam di semenanjung Malaya walau, pada dasarnya Islam telah hadir di Nusantara sejak abad ke 7 M dengan berbagai macam teori yang masih perlu kajian lebih lanjut, seperti,  mengenai kedatangan Islam di Asia Tenggara setidaknya ada tiga teori. Teori pertama mengatakan bahwa Islam datang dari Timur Tengah tepatnya Hadramaut, sejarawan Eropa yang mengemukan teori ini diantaranya crawfurd (1820), keyzier (1859) Niemann (1861) dan Veth (1978). Menurut Crawfurd meskipun Islam langsung datang dari Arab namun pedagang dari Timur India juga mempunyai peran penting dalam kedatangan Islam ke Asia Tenggara. Kezier mengatakan bahwa Islam di Asia Tenggara datang dari Mesir berdasarkan kesamaan Mazhab yang dianut di Mesir dan di Asia Tenggara yaitu mazhab Syafi’i, sedangkan Niemann dan Veth mengatakan bahwa Islam di Asia Tenggara datang dari Hadramaut.
Teori kedua tentang kedatangan Islam di Asia tenggara bisa disebut dengan Teori Gujarat.  Teori ini pertamakali dikemukakan oleh Pijnapel tahun 1872 M, seorang lulusan Universitas Leiden yang mengatakan bahwa Islam di Asia Tenggra datang dari pantai Timur India yaitu Gujarat dan Malabar atau dari Bengal walaupun pembawanya adalah orang-orang Arab yang ada di daerah tersebut. Teori ini dikembangkan oleh Snouck Hurgronje yang mengatakan Muslim Indialah pada abad ke- 13 M yang memperkenalkan Islam di kawasan Asia Tenggara dan bukan Muslim Arab. Menurutnya pembawa Islam ke Asia Tenggara adalah para pedagang muslim dari pelabuhan Deccan/Dakka yang menjadi pedagang perantara antara wilayah Asia Barat dan Asia temggara, barulah menyusul berdatangan para Muslim Arab dengan gelar Sayyid atau Sarif untuk menyebarkan Islam di Asia Tenggara mereka ini datang sebagai “Pangeran-Pendeta”/Sultan yang melakukan sentuhan akhir bagi pembentukan wilayah Islam yang baru.
Teori ketiga mengenai kedatangan Islam di Asia tenggara di kemukakan oleh Fatimi. Menurutnya batu Nisan yang ada di Nusantara sama sekali tidak mirip dengan batu Nisan yang ada di Gujarat, justru batu nisan dari Bengal (Bangledesh) yang mirip dengan batu nisan yang ada di Asia Tenggara.  Fatimi mengkritik para ahli yang mengabaikan keberadaan batu nisan yang fatimah binti Maimun (w 1082) yang menurutnya lebih mirip dengan batu nisan yang ada di Bengal. Atas dasar ini lah menurutnua Islam di Asia Tenggara datang dari Bengal pada sekitar abad ke-11 meskipun ia tidak menyebut siapa pembawa Islam dari Bengal ini. Namun seperti teori Gujaratnya Moquette, teori Bengal Fatimi juga mempunyai kelemahan, jika dilihat dari Mazhab yang berkembang di Bengal adalah Mazhab Hanafi sementara di Asia Tenggara berkembang Mazhab Syafi’i.
Untuk mengetahui kapan Islam datang ke Semenanjung malaya kita kan terhubung dengan kesultanan Pasai di Aceh Dalam hikayat Raja-Raja pasai yang di tulis setelah tahun 1350M Syeihk Ismail datang dari Mekah ke pasai mengislamkan Merah Silu yang kemudian mendirikan kesultanan Samudra Pasai yang merupakan raja dan kerajaan pertama Islam di tanah melayu. Kemudian dari hikayat sejarah melayu (1500 M) diketahui bahwa sultan Malaka pertama yaitu Sultan Megat Iskandar Syah atau ada juga yang menyebut Sultan Muhammad Syah diislamkan oleh seorang ulama dari Jeddah Sayid Abdul Aziz sedangkan penguasa kedah, Phra Ong Mahawangsa di Islamkan oleh ulama dari Yaman yaitu Syiekh Abdullah,  Phra Ong Mahawangsa kemudian bernama sultan Muzafar Syah dan mendirikan kesultanan Kedah di Malaysia.
Kesultanan Samudra Pasai dan Malaka menjalin hubungan yaitu melalui pernikahan sultan Malaka pertama yang tadi ditulis diatas dengan putri Samudra Pasai. Hubungan yang terjalin antara Malaka dan Samudra Pasai menjadikan daerah di Selat Malaka atau Semananjung Malaya kian ramai oleh para pedagang karena dua kesultanan tersebut mempunyai kota pelabuhan yang besar.
Para pedagang dari Arab, India dan Cina kian banyak berdatangan, di kapal-kapal dagang mereka ikut pula para ulama dan mubalig. Dari samudra pasai dan Malaka inilah Islam berdatangan ke wilayah Asia Tenggara lainnya, seperti ke Trengganu, Pahang, Johor, Perak dan Pattani. Menurut hikayat Pattani ulama yang pertama kali membawa Islam ke pattani adalah Syeikh Said ulama dari pasai yang berhasil mengislamkan raja Pattani beserta keluarganya, Raja Pattani yang semula bernama Paya Tu Nagpu/Paya Tu Nakpa mendapat gelar Sultan Ismail Zillullah fi al Alam.
Samudra pasai dan Malaka juga menjalin hubungan perdagangan dengan Majapahit pada sekitar abad ke-14 dengan bukti ditemukannya makam-makam Islam di Trowulan yang diduga adalah makam para pedagang muslim. Hubungan perdagangan antara Samudra Pasai-Malaka dan Majapahit ini menimbulkan komunitas Muslim di pesisir utara Jawa Timur dan menjadi awal mula kedatangan Islam di wilayah itu.
Dengan demikian dapat dikatakan Islam  telah masuk dan menjadi kekuatan yang melegitimasi kehidupan di semenanjung malaya sejak berdirinya kesultanan di Malaka dan di ikuti kesutanan-kesultanan lain di semenanjung Malaya. 
Hingga pada akhirnya kesultanan tersebut terdegradasi dalam bidang pemerintahan tergantikan oleh pengauh kekuatan kolonialis Inggris menjelang akhir abad pertengahan. Hingga pada akhirnya muncullah negara model Baru yaitu Federasi Malaysia yang terdiri dari berbagai kerajaan di semenanjung Malaysia dan menyusul dua kerajaan di sebrang semenanjung di pulau Borneo  pada tahun 1968 dan resminya tahun 1969 dengan ikut sertanya dua negara bagaian tersebut pada pilihan raya  (PEMILU) di Malaysia.

DAMPAK ISLAMISASI MALAYSIA 

a. Islam dan Pemerintahan Malaysia 


Kesultanan Malaka merupakan permulaan suatu tradisi yang menjadi dasar pembentukan budaya politik melayu. Kesultanan-kesultanan yang terwujud  di Malaysia sekarang mengakui adanya hubungan secara langsung maupun tidak langsung ddengan Kesultanan Malaka.
Kerajaan Malaka didirikan pada tahun 1400 oleh seorang Raja bernama Parameswara. Dia merupakan seorang pangeran Kerajaan Sriwijaya di Palembang yang berhasil melarikan diri setelah kalah dalam menghadapi serangan Kerajaan Majapahit pada tahun 1365. Penyerangan kerajaan Majapahit terhadap Kerajaan Sriwijaya dikarenakan Kerajaan Sriwijaya berusaha melepaskan diri dari kekuasaan Majapahit.
Melihat Nusanatara yang dahulunya merupakan wilayah kekuasaan Hindu-Budha jelasnya yang terlihat adalah perubahan sistem atau nama dari pemerintahan yang mana dahulunya sistem kerajaan digantikan dengan sistem Kesultanan, walau demikian sistem keislaman terlihat dari Corak Keislaman.
Tidak berkutat pada permasalahan masalalu, pemakalah mencoba melihat pada persoalan malaysia karena menyesuaikan dengan judul yang pemakalah sampaikan, Malaysia  merupakan negara yang merdeka sejak tahun 1957, namun demikian Malaysia masih mempertahankan pola pemerintahan kerajaan, seperti halnya masa-masa sebelum kedatangan kolonialis,  berbeda halnya dengan Indonesia yang memilih negara Republik dengan sistem demokrasi sebagai dasar Negara.
Malaysia menerapakan Islam sebagai Identitas negara, dengan demikian pengaruh melayu terhadap kehidupan negara malaysia amatlah akrab dengan kehidupan di Malaysia hal ini yang menyebabkan pemerintah dalam menjalankan kebijakan senanatiasa mengaitkan islam sebagai dasar negara.
Hal ini dapat dilihat dari, Sultan memiliki hak prerogatif penuh untuk membuat keputusan pada semua hal yang berhubungan dengan negara. Itu sebabnya hal-hal seperti pembangunan masjid, penunjukan imam (imam atau kepala agama), kadhis atau mufti  (Konselor agama) semua beristirahat dalam kekuasaan mutlak diberikan kepada sultan. Dan itu  hal normal yang Melayu diterima tanpa pertanyaan. Apa yang dikenal sebagai khutbah itu, atau panggilan, sebagian besar ditulis oleh para pejabat, membaca setia oleh para imam, mendengarkan untuk berhati-hati oleh rakyat, dan bahkan mempengaruhi orang-orang dalam pemikiran mereka.
dengan demikian malaysia amat mengakomodir kepentingan umat Islam terlebih di malaysia berdiri khusus lembaga yang memperhatikan Islam seperti Lembaga Kemajuan Islam. Namun demikian keadaan politik ebagaian orang di malaysia tidak seperti yang terbanyangkan keberadaan oposisi yang berhaluan konservatif yang di motori oleh Pan Islam Se Malaysia (PAS)  memberi gamabaran tersendiri kehidupan politik islam di malaysia yang menginginakan hal yang lebih bagi Umat Islam atas dasar pertemuan Ulama yang dilakukan pada tahun 1951 yang di gagas oleh Union Malaysian  Nation Organisation (UMNO).
Namun pertemuan itu tidak menghasilkan sesuatu yang membaganggakan bagi umat Islam Malaysia pada saat itu yang di wakili ulamanya, yang pada akhirnya memecah sebagaian orang untuk bergabung dalam PAS, yang pada perkembangannnya selalu menjad partai Oposisi  UMNO  yang selalu menang Pilihan Raya.
 
b. Reaneisans Muslim Malaysia
 
Islam dan Negara di Malaysia adalah subyek menarik bagi siapa saja yang tertarik perkembangan di Malaysia.  Tapi bukan hanya itu, subjek yang sama merupakan kepentingan semua orang di seluruh dunia. Dikatakan bahwa ada bukti yang sangat jelas tentang apa yang dikenal sebagai kebangkitan Islam di masyarakat dunia.Di masa lalu pada awal Perang Dunia Kedua, Islam dianggap sebagai agama inferior, sebuah agama yang   tidak benar-benar cocok untuk modernisasi, hal itu dipandang rendah oleh negara-negara Barat.
 Saat ini, situasi telah berubah. Ada meningkatnya minat dalam studi Islam,sejarah Islam dan upaya serius telah dibuat untuk menghargai apa Islam semua, tentang dan bagaimana Islam mempengaruhi kehidupan sehari-hari kita melalui proses politik dan,  khususnya, melalui hubungan internasional. Kebangkitan internasional Islam tidak berarti bahwa masyarakat duniamenjadi tertarik dalam Islam sebagai agama, yang mereka telah dianggap sebagai inferior  dan diberhentikan sebagai sesuatu yang tidak cocok untuk modernisasi. Sebaliknya, itu lebih karena negara-negara Islam, berhasil memiliki kekuatan ekonomi  melalui komoditas yang sangat penting - minyak. Ini telah membuat umat Islam sadar mereka  kekuatan sendiri dan dalam proses tersebut, beberapa negara Muslim termotivasi untuk menegaskan mereka memiliki kekuatan politik dalam komunitas internasional.
Malaysia agak berbeda dari jenis normal pembangunan negara-negara Islam lain.  Hal ini karena di Malaysia, Melayu didefinisikan sebagai dari Muslim iman.  legalitas muslim di malaysia di perkuat dengan pelaturan hukum yang menguatkan seperti : orang Melayu tidak akan menjadi Melayu kecuali dia adalah Muslim.
Perjalanan panjang masyarakat muslim Malaysia memasuki babak baru disaat diberikanya kemerdekaan dari penjajah Inggris. Identitas muslim yang melekat pada diri bangsa melayu Malaysia mendorong terciptanya gerakan politik islam yang lahir bersamaan dengan lahirya dua partai Islam UMNO dan PAS.
Identitas melayu adalah Islam dan Islam adalah melayu menjadikan Malaysia negeri yang dalam perpolitikannya diisi gerakan demi kemajuan bangsa melayu.  Kaum Melayu menyedari bahwa mereka memerlukan sebuah partai politik sebagai jentera untuk mengatasi sengsara mereka dan dengan lahirnya UMNO pada 11 Mei 1946.
Dengan demikian kesadaran politik masyarakat melayu Malaysia amatlah baru walau demkian kesadaran pergerakan nasional melayu telah ada sejak 1888 yang bercorak bidang sastra, dengan didirikannya Pakatan Belajar Mengajar Pengetahuan Bahasa Melayu.
Namun berbicara Malaysia kita akan disudutkan kedalam identitas melayu, politik melayu yang mayoritas adalah islam. Berkenaan dengan politik melayu, kecintaan terhadap bangsa telah membawa kepada centimen melayu sebagai bangsa pribumi mendorong pada rona perpolitikan melayu Malaysia.
Perjalanan politik Islam terbagi atas empat fase. Sebelum 1955, 1955-1988,1983-1997,dan 1998-sekarang. Pada era sebelum kemerdekaan perjuangan politiik melayu  Pada tahun 1945, Dr. Burhanuddin Helmi memperkenalkan pemikiran politik Islam melalui penubuhan Parti Kebangsaan Melayu Malaya (PKMM). Seterusnya ekoran dari gagasan Malayan Union pada tahun 1946, orang-orang Melayu mula bersatu melalui seruan “Hidup Melayu” di bawah kepimpinan seorang tokoh nasionalisme, Dato’ Onn bin Jaafar. Pada awalnya, tokoh-tokoh ulama berada di bawah payung UMNO bersama dengan Dato’ Onn untuk memperjuangkan kemerdekaan lebih-lebih lagi apabila Hizbul Muslimin diharamkan oleh British pada tahun 1948. Penyertaan golonagn ulama pada masa itu bukanlah menunjukkan persetujuan mereka dengan dasar nasionalis tetapi kerana mereka melihat adalah lebih penting untuk mewujudkan penyatuan terlebih dahulu. Namun, akibat beberapa pertembungan pendapat dengan pimpinan UMNO yang secara rasminya beraliran nasionalis sekular, tokoh-tokoh ulama beramai-ramai keluar dari UMNO untuk menubuhkan Persatuan Ulama yang terpisah dari UMNO pada tahun 1951.
Beberapa bulan kemudian, ia bertukar nama menjadi Persatuan Islam Se-Tanah Melayu (PAS) di mana Tuan Haji Ahmad Fuad menjadi Yang diPertuanya yang pertama. PAS seterusnya menyertai pilihanraya pada tahun 1955 namun gagal untuk membentuk kerajaan persekutuan.
Pasca kemerdekaan perjalanan kedua parpol ini dapat dilihat dari perjalanannya memasuki akhir tahun 1960-an dimana measuki pemilu raya yang ketiga bagi masyarakat Malaysia yang meredeka.

c. Pendidikan Islam Di Malaysia 
 
Selain itu Islam bersama bangsa Melayu-nya memiliki sejarah yang panjang di negara ini. Jauh sebelum negara Malaysia terbentuk pada tahun 1963 M, negara-negara bagian yang kini tergabung dalam negara federasi Malaysia dulunya adalah kerajaan-kerajaan Islam atau kesultanan, seperti Kesultanan Johor, Kelantan, Trengganu dan Kedah. Yang paling terkenal adalah Kesultanan Malaka (abad 15-16).   
Malaysia saat ini banyak mengalami kemajuan dan merupakan salah satu Negara termaju di Asia Tenggara bersama Singapura. Hal ini tidak lepas dari perhatian pemerintah terhadap bidang pendidikan dI Malysia, karena  tingkat kemajuan sebuah Negara ekuivalen dengan kemajuan pendidikan di Negara terebut. Seperti yang sdah dituliskan pada paragraf diatas, Negara-negara bagian yang kini tergabung dengan Malaysia pada tahun 1963 adalah kerajaan Islam yang sudah memiliki lembaga pendidikan seperti madrasah dan pondok pesantren. Kelantan contohnya, pernah menjadi pusat pendidikan di masa itu. Sekitar awal abad ke-20 banyak berdiri lembaga-lembaga pendidikan yng lebih modern, salah satu yang pertama kali berdiri adalah madrasah Al-Masriyyah di seberai Perai.
Madrasah Al-Masriyyah didirikan oleh seorang ulama bernama Tuan Haji Saleh Masri pada tanggal 5 Sya’ban 1325 H, bertepatan dengan 17 Maret 1906, di wilayah Bukit Mertajam, seberang Perai, diatas sebidang tanah wakaf dari ayah mertuanya, Tuan Haji Abbas bin Haji Othman. Nama Al-Masriyyah oleh Haji Saleh dinisbahkan kepada Negara mesir yang merupakan tempat asal dari sistem pengajaran yang diaplikasikan di madrasah tersebut. Sesuai namanya, tujuan dari pendirian adalah semata-mata untuk menyampaikan pelajaran dan pengetahuan agama dengan mencontoh sistem dan mata pelajaran yang dijalankan di timur tengah.
Pada saat diresmikan, jumlah murid perdana berjumlah 30 orang. Seiring berjalannya waktu, pada tahun 1912 Al-Masriyyah mengadakan perluasan bangunan. Untuk melaksanakan pembangunan ini, dibentuk sebuah Jawatankuasa baru (komite pengurus yayasan) yang beranggotakan para tokoh penting dibalik pendirian Al-Masriyyah, seperti Tuan Haji Saleh Masri, Tuan Haji Abbas Bin Haji Othman sebagai penyandang dana, Tuan haji Din sebagai ketua kampung dan Tuan Imam Ahmad yang merupakan guru Tuan Haji Saleh Masri ketika kecil.
Satu hal yang menarik untuk diberikan catatan dalam upaya perluasan madrasah adalah metode pengumpulan dana bagi pembangunan madrasah. Untuk hal ini, pihak Jawatankuasa memutuskan untuk membuat ketetapan bagi seluruh keluarga di wilayah Bukit Mertajam untuk berinfaq, atau menurut bahasa lokalnya menyumbangkan derma sebanyak jumlah yang terlebih dahulu ditentukan oleh pihak Jawatankuasa dengan tempo yang diberikan berkisar paling lama tiga bulan. Kebanyakan penduduk ketika itu berinfaq sebanyak dua sampai lima ringgit, namun bagi keluarga yang memang benar-benar tidak mampu tidak mendapatkan paksaan untuk berinfaq.
Dalam berbagai kesempatan agamis seperti dalam pengajian dan khutbah jum’at, Tuan haji saleh senantiasa mengingatkan pentingnya berbuat kebajikan dan mengulurkan bantuan bagi pendirian masjid dan sekolah-sekolah agama. Selain itu, untuk penduduk di luar wilayah Bukit Mertajam, pihak Jawatankuasa mengutus wakil-wakilnya untuk memberikan keterangan ke masjid-masijd atau surau, terutama pada hari jumat mengenai tujuan diadakannya pungutan derma. Serta menjalin kerjasama dengan ketua-ketua kampung dan pemuka agama setempat. Para santri juga ikut membantu menjelajah kampung-kampung dengan sukarela untuk mengumpulkan derma, termasuk meletakan kotak-kotak penerimaan derma di kedai makanan dan minuman.
Meski Metode yang dilakukan dalam pengumpulan dana itu terlihat tidak begitu demokratis karena berdasarkan keputusan sepihak, tidak ada protes atau keberatan dari penduduk setempat. Hal ini menyiratkan dua hal yang cukup penting. Pertama, adanya dominasi keagamaan yang sudah mengakar kuat dalam hampir segala aspek kehidupan masyarakat disana sebagai warisan dari pengaruh kejayaan Islam malaysia di masa lalu melalui beberapa kesultanannya, terutama tentu saja yang paling terkenal yakni kesultanan Malaka, sehingga kepentingan agama mendapatkan posisi tinggi dikalangan masyarakat setempat yang notabene mayoritas Melayu. Kedua kuatnya posisi ulama atau pemuka agama dalam tatanan sosial dan religius masyarakat Melayu yang memungkinkan mendapat penghormatan tertinggi dari rakyat sebagai konsekuensi langsung dari pengaruh kejayaan Islam di masa lalu tersebut.
Dengan cara seperti itulah pembangunan gedung di tahun 1912 terlaksana. Pembesaran madrasah itu mendapat apresiasi positif dari masyarakat. Ditandai dengan berdatangannya murid-murid dari selauruh wilayah Malaysia, terutama dari negeri kedah, perak dan negeri Sembilan.
Seiring dengan kedatangan syeikh ahmad tersebut, nama madrasah Al-Masriyyah semakin terkenal, dengan berdatangannya murid-murid dari luar tanah Melayu seperti Thailand, kamboja, Indonesia dan singapura. Pada tahun 1937 murid Al-Masriyyah telah mencapai 1000 orang dengan jumlah pondok sebanyak 500 buah. Dengan perkembangan tersebut madrasah kembali diperbesar untuk kedua kalinya, sejalan dengan itu, pungutan derma juga kembali digalakan. Untuk hal ini, Tuan haji saleh telah menghadap sultan perak, Sultan Iskandar Syah untuk mendapatkan derma, hingga pada masa itu, Al-Masriyyah sudah menghimpun asset yang cukup banyak, terdiri dari 10 hektar tanah kawasan madrasah, 12 hektar sawah dan 12 hektar perkebunan karet.
Pada tahun 1938, seorang murid dari Al-Masriyyah bernama syeikh haji Othman kembali ke tanah air setelah belajar di mekah dan mengabdi di almamater. Sebelum perang dunia kedua pecah, seorang ulama terkenal dari mekah bernama Syeikh Hassan Yamani datang dan mengabdi di Al-Masriyyah dengan membawa Haji Ahmad Fuad Bin Hassan yang berasal dari Perak. Pada masa inilah Al-Masriyyah mencapai puncak perkembangan. Dengan bertambah banyaknya tenaga pengajar lulusan dari timur tengah, Al-Masriyyah menjadi sebuah madrasah yang termasyhur di utara tanah Melayu, popularitasnya tersebar hingga ke luar negeri.
Sebagai sebuah institusi pendidikan, Al-Masriyyah memiliki peran penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat, terutama sebagai tumpuan para pelajar yang membutuhkan akomodasi lebih dalam hal pendidikan. Seribu orang lebih yang telah merasakan pendidikan Al-Masriyyah dalam kurun waktu 1930-an dengan latar belakang tempat tinggal yang beranekaragam merupakan bukti yang tidak bisa dianggap sepele.
Dalam konteks lain, selain merupakan bukti kualitas pendidikan, banyaknya murid yang belajar di Al-Masriyyah merupakan bukti bagaimana tingginya penghargaan dan kepercayaan masyarakat Melayu terhadap institusi keIslaman seperti madrasah dan pondok. Kepercayaan itu tidak datang begitu saja, melainkan merupakan hasil dari interaksi budaya yang intens antara Islam dan peradaban lokal di Malaysia. Tradisi madrasah sebagai institusi pendidikan Islam diperkenalkan oleh Nizam Al-Mulk tahun 459 H yang pada saat itu menjabat sebagai wazir dalam kekuasaan Saljuk. Kemudian berkembang keseluruh dunia Islam pada abad ke-11. Salah satunya adalah malayasia yang dulunya pernah berjaya dengan kesultanan Islam malaka. Akar Islam dan kebudayaannya yang telah mentradisi cukup lama itulah yang membuat madrasah mendapatkan kedudukan lebih dalam pandangan orang Melayu yang merupakan penduduk mayoritas di wilayah tersebut.
Pengaruh Al-Masriyyah sebagai institusi pendidikan Islam tidak hanya terbatas pada aspek pendidikan murni seperti jumlah murid/pelajar yang telah dibina serta lulusan-lulusan yang melanjutkan study ke timur-tengah. Jika dilihat dari tujuan awal didirikannya madrasah ini  sebagai tempat untuk mengajarkan ilmu-ilmu agama, Tuan Haji Saleh memang bisa dianggap telah sukses. Namun tidak hanya itu saja, lebih dari itu, Al-Masriyyah berhasil menumbuhkan semangat keIslaman yang kuat dikalangan para pelajarnya, seperti pendirian kongres Ulama Al-Masriyyah tahun 1953. Al-Masriyyah juga menjadi pusat pendirian Partai Islam Se-Tanah Melayu dengan Haji Ahmad Fuad bin Hassan sebagai Yang Dipertuan pertama.
Memang perlu dicatat bahwa kedatangan jepang ke Malaysia sempat melemahkan perkembangan Al-Masriyyah, namun tidak sampai memberikan dampak yang merugikan. Merupakan bukti yang cukup kuat untuk mengakui peran penting Al-Masriyyah dalam bidang pendidikan, sosial, dan politik.
Selaian itu terdapat Darul Arqom sebagai salah satu pendidikan Islam di Malaysia, Darul Arqom didirikan oleh seorang ulama bernama Syehk Ashaari bin Muhammad, berawal dari Majlis Ta’lim atau kelompok pengajian kecil di Kuala Lumpur yang dibentuk pada tahun 1968. Karena situasi pengajian yang sederhana di tengah ibukota negara yang gemerlapan maka timbulah ide untuk menamakan Majlis Ta’lim tersebut dengan nama Darul Arqom sebagai kenangan atas rumah salah seorang sahabat Nabi yang pertama-tama digunakan untuk menda’wahkan Islam di Makkah.
Karena sistem pengajiannya yang mengalami kemajuan, pada tahun 1970 Ashaari mulai mendawahkan ajaran Darul Arqom di luar Majlis Ta’lim tadi, seperti di mesjid, sekolah, perkantoran dan tempat-tempat lainnya. Karena itu tahun 1970 dianggap sebagai tahun kelahiran Darul arqom.
Darul Arqom sebenarnya adalah sebuah gerakan keagamaan atau bisa juga dikatakan sebagai organisasi Islam yang bercorak tradisional. Ketradisionalan gerakan ini bisa dilihat dari peniadaan ijtihad dalam bidang Fiqih, hal ini berbeda dengan gerakan keagamaan modernis yang menekankan perlunya Ijtihad terhadap hukum-hukum fiqih dalam situasi zaman yang telah berbeda. Bagi Darul Arqom, taklid kepada para ulama mazhab Syafi’i melalui kitab-kitab fiqih klasik sudah cukup untuk mengamalkan hukum Islam pada zaman sekarang.
Sebagai sebuah gerakan keagamaan, ternyata Darul Arqom juga bisa berfungsi sebagai lembaga pendidikan. sejak awal kemunculannya, Darul Arqom mengembangkan ajaran Islam yang tradisional melalui kelompok pengajian kecil atau Majlis Ta’lim. Memang tujuan dasar dari Darul Arqom hanyalah da’wah Islmaiyah, namun setelah gerakan ini berkembang, orientasi kegiatannya diperluas. Dalam bidang pendidikan tercatat Darul Arqom sudah membangun 257 buah sekolah pada tahun 1994.
Darul Arqom membentuk Syu’bah Tarbiyah wa at-Ta’lim, atau biro pendidikan dan pelajaran yang memberi perhatian kepada studi agama dan akademik. Untuk studi agama terdapat yayasan al-Arqom dan pusat pelatihan perguruan al-Arqom. Untuk studi Akademik al-Arqom membentuk institut akademik yang menawarkan ijazah seperti sekolah biasa.
Di sekolah-sekolah yang dikelola oleh Darul Arqom, selain ilmu agama dijarkan pula berbagai jenis keterampilan seperti mekanik, elektronik, listrik, menjahit, memasak dan keterampilan lainnya, dengan harapan para sisiwa Darul Arqom bisa bersaing dalam berbagai bidang pekerjaan.
Pendidikan agama yang diberikan pada para siswa di Darul Arqom bisa dikatakan ajaran agama yang mendasar, yang disebut oleh mereka dengan ajaran Fardhu ‘Ain dan Fardhu Kifayah, yang dimaksud dengan ajaran Fardhu ‘Ain menurut mereka yaitu ibadah yang langsung berhubungan dengan Allah S.W.T atau Hablun-Minallah dan ajaran Fardhu kifayah yaitu Hablun-Minannas. Para siswa di Darul Arqom ditekankan sedini mungkin untuk menanamkan iman dan ahlak yang disebut Tarbiyah hati atau pembentukan pribadi individu muslim dengan iman dan ahlak.
Untuk mendapatkan iman, jalannya adalah dengan melawan hawa nafsu, dari hal ini bisa terlihat kepentingan akan amalan Tasawuf sebagai dasar pendidikan Darul Arqom. Amalan Tasawuf dimaksudkan untuk membersihkan hati dari sifat-sifat mazmumah atau sifat buruk dan mengisinya dengan sifat-sifat baik atau mahmudah. tujuan Intinya adalah untuk “melahirkan”  seorang muslim dan muslimah yang berkepribadian baik.
Para siswa darul Arqom diajarkan untuk menjadi seorang muslim yang baik mulai dari cara berpakaian, seperti pemakaian baju jalabiyah putih atau hijau dengan serban yang serasi untuk siswa laki-laki, untuk siswa perempuan diwajibkan menggunakan pakaian yang menutupi seluruh tubuh sejak usia TK. Sistem pendidikan yang diterapkan Darul Arqom bisa dikatakan menyerupai sistem pendidikan pesantren tradisional, para siswa yang berasal jauh dari daerah asalnya diasramakan.
Dua tahun setelah didirikan, Darul Arqom memusatkan kegiatannya di tiga Negara bagian, yaitu Selangor, Kedah dan Trengganu. Basis utamanya di Kampung Pencala, Selangor, dekat Kuala Lumpur. Selain di bidang pendidikan, Darul Arqom juga banyak bergerak di bidang bisnis atau ekonomi. Pada tanggal 7-8 Agustus 1993 dalam acara Darul Arqom International Economic Conference di Chiangmai-Thailand, Ashaari Muhammad sebagai pemimpin gerakan mengumumkan terbentuknya Al-Arqom Groups Of Companies (AGC). Perusahaan korporasi yang membawahi 22 bidang bisnis.
Ke 22 bisnis tersebut diantaranya administrasi dan manajemen, makanan dan minuman, pakaian dan kosmetika, rumah sakit dan apotik, pariwisata, marketing, perbankan, mini market, restoran, sarana transportasi, pertanian dan perternakan, pelatihan SDM, rekaman (radio) dan lain-lain. Bisnis yang dibangun Darul Arqom bertujuan untuk mewujudkan pola ekonomi Islam yang bebas dari kontrol kaum Non-Melayu.
Satu hal lagi yang perlu dicatat, Darul Arqom mengajarkan Aurad Muhammadiyah atau wiirid Muhammadiyah, yang diadopsi  syehk Ashaari dari syehk Muhammad Suhaimi, seorang pengamal aliran tarekat kelahiran Wonosobo, Jawa Tengah (Indonesia). Karena hal ini pula Darul Arqom banyak dikritik karena dipandang telah menyebarkan ajaran kebatinan yang menyeleweng dan mengajak pengikutnya untuk meninggalkan aktivitas keduniawian. Pada pertengahan tahun 1994 pemerintah malaysia melalui Majlis Fatwa nasional melarang Darul Arqom beserta segala aktifitasnya.
Namun, bagaimanapun juga Darul Arqom sebagai sebuah gerakan keagamaan  bisa berfungsi sebagai salah satu lembaga pendidikan Islam di Malaysia yang menjadikan para siswanya mampu bersaing dalam mencari lapangan pekerjaan di Malaysia.


Perjalanan panjang Malaysia hingga menjadi negara merupakan proses panjang sejak keberadaan Hindu-Budha di Asia Tenggara, hadirnya Islam membuat rona tersendiri kehidupan negara Malaysia saat ini, multikulturnya penduduk Malaysia memberi dampak pada kehidupan politik di Malaysia dewasa ini.
Islam sebagai agama yang paling banayak dianut Masyarakat malaysia berimpact juga pada perkembangan pendidikan dimalaysia, samahalnya seperti di Asia Tenggara lainnya. Model pesantren juga berkeambang di Malaysia, seperti halnya Al Masriyah dan Darul Arqam yang menjadi contoh Lembaga Pendidikan Islam di Malaysia





Daftar Pustaka
Hasan Muarif Ambary, Menemukan Peradaban Jejak Arkeologis dan Historis Islam Indonesia, (Jakarta: P T Logos Wacana Ilmu, 1998).
Mahdini, Islam dan Kebudayaan Melayu, (Pekanbaru: Daulat Riau, 2003).
Azyumardi Azra (Ed), Perspektif Islam di Asia Tenggara, ( Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1989).
Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Nusantara abad ke XVII-XVIII, (Jakarta: Kencana, 2005).
Mahdini, Islam dan Kebudayaan Melayu, (Pekanbaru: Daulat Riau, 2003).
Muhammad Yusoff  Hashim, Kesultanan Melayu Melaka: Kajian Beberapa Aspek Tentang Melaka Pada Abad Ke-15 Dan Abad Ke-16 Dalam Sejarah Malaysia (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa Dan Pustaka Kementerian Pendidikan Malaysia, 1990).
Tan Sri Musa Hitam, Islam and State In Malaysia. ISEAS,30 Heng Mui Keng Terrace 30 Heng Mui Keng Terrace. Pasir PanjaPasir Panjang Singapore 119614 Singapore 119614 E-mail: publish@iseas.edu.sE-mail: publish@iseas.edu.sg World Wide Web : http://www.iseas.edu.sg/pub.html World Wide Web http://www.iseas.edu.sg/pub.html PDF.
Rahhman Haji Abdullah, Abdul. Pemikiran Islam di Malaysia: Sejarah dan Aliran,(Jakarta: Gema Insani Press, 1997).
Taufik Abdullah (Ed), Ensiklopedi Tematis Dunia Islam Dinamika Islam masa kini, (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 2002).
Ahmad Fadhli bin Shaari, Sejarah Dan Masa Depan Perjuangan Politik Islam Di Malaysia,  HYPERLINK "http://www.geocities.com/afadhlis/artikel10.htm?200625"http://www.geocities.com/afadhlis/artikel10.htm?200625
Maksum, Madrasah, sejarah dan perkembangannya (Jakarta: Logos).
Ahmad Ibrahim dkk (Ed), Islam di Asia Tenggara: Perkembangan Kontemporer, (Jakarta: LP3S, 1990).
University Malaysia Sabah, Sejarah Malaysia Perkembangan Politik (1957-1990). PDF. Juranal Internet.
Mohd, Fadzil Othman, Islam di Malaysia (Kuala Lumpur:Percetakan United Selangor).

Monday, 25 March 2013

Islam Timor Timur / Islam Timor Leste

Islam masuk kewilayah Asia Tenggara melalui berbagai macam cara, terutama melaui jalur perdagangan. Dimana islam masuk melalui pesisir sebagai basis dari para niagawan untuk singgah dan melakukan transaksi disana. Berkenaan  dengan masuknya Islam ke Nusantara  seperti yang kita ketahui umumnya kesultanan Islam pertama lahir pada kerajaan Pasai di Aceh, dan pada perkembangannnya menyebar hingga keseluruh nusantara takterkecuali di daerah papua, namun demikian perjalanan islam mengalami pasang surut di nusantara, karena berbagai faktor yang mendorongnya seperti, kedatangan kolonial eropa yang hampir berbarengan datang ke nusantara dengan hadirnya Islam. Karena Kawasan Asia Tenggara sejak awal abad masehi telah berfungsi sebagai jalur lintas perdagangan bagi kawasan di sekitarnya, karena Asia Tenggara terletak pada jalur silang antara Asia Timur (China) dan Asia Selatan (India).  Melalui jalur perdagangan ini kawasan Asia Tenggara pada abad ke-5 dan seterusnya menjadi lebih ramai dengan hadirnya para pedagang dan pelaut yang biasa berlayar melalui wilayah tersebut.  
Namun kehadiran Islam yang terlebih dahulu ke Nusanatara telah memiliki suatu kekuatan yang  menjadi dasar bagi keberlangsungan agama Islam hingga saat ini. Kedatangan kolonial eropa di mulai dari Portugis dan kemudian di ikiuti oleh bangsa Eropa Lainya menciptakan ke unikan tersendiri bagi sejarah Islam Nusanatara. 
Seperti halnya yang terjadi di Malaysia, dari sejak kedatangannya Islam telah menjadi identitas bagi masyarakat yang mendiami semenanjung malaya hingga kini dan berdampak pada berbagai aspek kehidupan masyrakatnya seperti kehidupan Politik, Sosial, Budaya, Ekonomi dan pendidikan. 
Sama halnya dengan Timor-Timur yang saat ini merupakan wilayah dari negara Republik Timor Leste yang memisahkan diri dari Indonesia pada tahun 1999 melalui referendum yang ditentukan rakyatnya untuk masalah pembentukan negara republik ini. Sama halnya dengan Islam di Asia Tenggara lainnya, Timor Leste juga memiliki sejarah yang sama mengenai kehadiran Islam diwilayah ini. Namun yang perlu jadi perhatian ada mengenai perkembangan Islam di Timor Leste ini tersendiri dimana Islam sebagai agama yang telah masuk lama namun tidak menjadi agama yang mayoritas dianut oleh masyarakat  Timor Leste. Maka dari itu perlu kita diskusikan bersama mengenai perkembangan islam di Timor Leste tentang sejarah masuk dan perkembangannya hingga saat ini. Melihat perkembangan wilayah lain yang di sejarah masuk dan perkembangan islamnya sama dengan perkembangan islam lainnya di asia tenggara.

Sekilas Mengenai Timor Leste

Negara Timor Leste merupakan negara yang baru, setelah pemisahannya dari negara Republik Indonesia pada tahun 1999 melalui referendum yang di tentukan oleh masyarakat Timor-Timur. Dan di syahkan pada 20 Mai 2002. 
Timor Sejatinya merupakan sebuah Pulau yang terbagi atas dua negara yakni Indonesia dibagaian barat pulau dan Timor Leste dibagian Timur Pulau Timor, yang dahulunya juga merupakan daerah kekuasaan Kerajaan Sorbia dan Belos yang menganut aliran Animisme  yang tidak terpengaruh kebudayaan Hindu-Budha yang kemudian Islam diwilayah-wilayah Lain seperti Jawa serta Pulau Lainnya. keberdaan ini merupakan sejarah panjang dari pertemuan pendatang eropa yang sampai ke Timor.  Sejak 1515 Pulau Timor di kuasai oleh Portugis. Dan sejak saat itulah menandai masuknya agama Kristen masuk kewilayah Timor melalui Misionaris Dominica Portugis. 
Sampai-sampai penyerangan bangsa Belanda terhadap Pulau ini pada 1651 dan berhasil menguasai wilayah barat pulau,  melalui perjanjian antara Pemerintah Belanda dan Portugis pada 1859 mengenai perbatasan wilayah wilayah ini resmi terbagi dua antara Timur dikuasi oleh Timor Portugis yang perkembanagnnya menjadi wilayah Timor Leste Saat bini dan barat Masuk kewilayah Hindia-Belanda dan pada perkembangannya masuk ke wilayah Republik Indonesia dan hingga pada akhirnya terbentuklah Negara Republik Demokratik Timor Leste. 
Republik demokratik Timor Leste adalah sebuah Negara kecil yang berada di kawasan Asia Tenggara, dengan luas wilayah sekitar 14.609.375 km2 dan jumlah penduduk 978. 590 jiwa pada tahun 2006. Secara geografis, Timor Leste berada di tengah-tengah kepulauan Indonesia bagian timur, timor leste memang sempat menjadi bagian Negara kesatuan Republik Indonesia tepatnya sebagai propinsi ke-27 dari tahun 1976-2002, setelah sebelumnya di jajah portugal selama kurang 450 tahun. 
Timor leste resmi menajadi Negara sendiri, tepatnya lepas dari Indonesia tanggal 20 Mei 2002, setelah hasil dari jajak pendapat yang diselenggarakan PBB melalui UNAMET (United nations Missions In East Timor/Misi perserikatan Bangsa-Bangsa di Timor-Timur, Menunjukan mayoritas penduduk Timor timur memilih unutk menolak otonomi  khusus dan berpisah dengan Indonesia (344.580 suara atau 78,5%) sementara 94.388 suara atau 22,5% menerima otonomi khusus.  
Penduduk Timor Timur merupakan campuran antara suku bangsa Melayu dan Papua. Mayoritas penduduk Timor Timur beragama Katolik (90%), diikuti Protestan (5%), Islam (3%), dan sisanya Buddha, Hindu, dan aliran kepercayaan (2%). Karena mayoritas penduduk beragama Katolik, maka kini terdapat dua keuskupan (diosis) yaitu: Diosis Dili dan Diosis Baucau yang meliputi empat distrik bagian timur Timor-Leste. 
Pengguanaan bahasa di Timor Leste di pengaruhi Oleh sejarah panjang yang dialami oleh Negara tersebut, setidaknya ada tiga bahasa yang lazim di gunakan di Timor Leste, dianataranya bahasa : Tetun bahasa Pribumi, Bahasa Indonesia Dan bahasa Portugal, dengan katagori Etnic yang mendiami Timor Leste dianatranya : Etnic Malay Polinesia, Chinese dan Arab. 
Dengan melihat kondisi sosial yang ada jelasnya kita akan multikulturnya kadaan penduduk di Timor-Leste, terlebih berkaiatan dengan bangsa arab yang ada di Timor-Leste, berdasarkan persebarannya di wilayah kepulauan di Nusanatara jelasnya bersamaan dengan kehadiran islam di  Timor-Leste. 

Sejarah Masuknya Islam di Timor Leste

a. Awal Masuknya Islam

Untuk Mengetahui sejarah masuk dan berkembangnnya islam di Timor Leste maka kita akan terpojok  pada beberapa fase mengenai kehadiran islam di Timor Leste ini tersendiri, Muslim Timor  Timur , muslim Timor Leste dapat di bagi atas tiga fase yakni fase pertama fase dimana islam masuk ke Timor Melalui Kehadiran Pedaganag Arab atau pedaganag Hadrami, fase kedua Islam Masuk ke Timor melalui para paendatang dari Afrika khususnya wilayah Magribi dimana dari pada mereka adalah Pentadang Buangan  dari pemerintah kolonial Portugal di wilayah Magrib, fase Kedatangan Muslim Indonesia 
Kedatangan Pertama Islam di Timor Timur, kepastian kehadiran Islam di Timor Timur bermula pada tahun sebelum kedatangan orang-orang Portugis datang ke Timor pada thun 1512 M, berdasarkan Tulisan Ambarak A. Bazher seoarang penulis keturunan arab di Timor  dalam bukunya Islam di Timor Timur ia menyatakan bahwa Menurut infomasi dari masyarakatt setempat dan juga kalangan keturunan, ketika bangsa portugis tiba dari Gowa Sulawesi Selatan, portugis di sambut oleh masyarakat Dili yang dimpin Abdullah Afif. 
Dengan demikian dapat dikatakan kedatangan umat islam telah lebih dahulu tiba di Pulau Timor,  mengenai tepat waktu tahunya tentang kedatangan Islam ke Timor tidak ada yang mengetahui secara pastinya, namun menurut tuturan muslim keturunan islam masuk ketimor (Dili) sejak awal abad Hijriah seperti halnya terjadi di kepulauan Indonesia lainnya, bersamaan dengan masuknya  islam kepulauan malauku pada awal abad 14M ketika kekuasaan kesultanan Ternate dan Tidore sedang berada di Puncaknya.  
pada kedatangannya bangsa Arab tidak terang-terangan memperkenalkan Islam namun menggunakan bahasa perdagangan dikarenakan penduduk Timor ketika itu belum siap dalam menerima agama maupun kebudayaan luar. Masyarakat Timor masih memegang kuat adat istiadat dan kebudayaan Asli Timor, kebudyaan nenek moyang yang percaya dengan keberdaan benda ghaib yang daianggap keramat seperti Lulik. 
Namun demikian menurut Ambarak, Timor pada abad ke 14 M telah takluk kedalam kekuasaan kerajaan Malaka, hal ini daat di buktikan dengan adanya pantun malaka yang menerangkan bahwa Timor takluk dalam wilayah kekuasaan Malaka, di katakan bahwa di timor terdapat tiga raja (Liurai) seperti Liurai Lorosa'e (Raja Besar di Timor bagian timur) Liurai Loromonu ( Raja Besar di Timor bagian Barat) dan Liurai Waihale  (Raja Besar di Timor bagian tengah) yang masing-masing berkedudukan di Liquisa, Molo Fatumenutu dan Kamansa Betun (Atambua). Pada waktu itu di katakan terjadi konfederasi Malaka -Timor (Kesepakatan Malaka Timor). 
Mengenai bukti kedatangan Islam bersamaan dengan persebaran islam lainnya di nusantara dikatakan dengan melalui jalur dagang antar Selat Malaka kemudian dilanjutkan melalui jalur utara Laut Jawa dan di teruskan ke wilayah Maluku  dan kemudian dianjutkan ke Sorong Papua dan dilanjutkan ke Morotai dan pada akhirnya sampai di Timor. 
Dili menjadi magneet tersediri sebagai pusat dagang antar pulau dikatakan terdapat pulau di depan kantor Guberbur dan Sional(Kantor Angkatan Laut) namun daratan tersebut telah tertutp air. Menurut Abarak juga terdapat hubungan dengan para pedangan Makasar, Bugis dan Buton serta pedangan Arab. 
Dari penjelasan ini mengenai masuknya Islam di Timor Leste, dapat kita simpulkan dalam beberapa bagian.Yaitu :  
Teori Pertama, Islam masuk memasuki Dili Timor Leste bersamaan dengan masuknya agama Islam Kepulauan Nusantara. Hal ini dapat kita simpulkan dari berbagai penutupan kalangan tokoh Islam Keturunan Arab-Dili. 
Teori Kedua, penduduk asli Timor Leste mengatakan bahwa Islam masuk lebih  awal di bandingkan dengan bangsa Eropa dan agama lain. 
Teori Ketiga, saat Islam masuk Ke Timor Leste yang bertepatan dengan masuknya Islam di kepulauan Nusantara yang di bawa oleh para pedagang Hadramaut. Namun para pedagang dari Hadramaut saat itu belum menetap, mereka mualai menetap di Dili sejak Awal Abad ke-17 M. 
Teori Keempat, sebagian orang mengatakan bahwa Islam masuk di Timor Dili bersamaan dengan datangnya para pedagang Eropa, seperti Portugal, Spanyol, Belanda. Ketika melakukan Pelayaran di Kepulauan Nusantara dan Asia Pasifik, para pedagang Arab senantiasa berhubungan dengan pedagang-pedagang Eropa. Mereka berlayar ke Timor melaui Pulau Sumatra, Jawa, Nusa Tenggara, dan Kepulauan Maluku 
Teori Kelima, pedagang Arab Hadramaut pertama yang menetap di Dili adalah Habib Umar Muhdlar pada Abad ke-17 M. 
Teori Keenam, kalangan keturunan Arab Di Dili pernah mengatakan dari leluhur mereka bahwa para pedagang Arab itu datang di tanah Timor Dili sejak awal abad permulaan Islam Jazirah Arab. 
Pada dasarnya umat Islam di daerah Dili adalah bagian dari beberapa Tokoh Sejarah yang berkembang persebaran Islam di daerah tersebut. Menurut informasi-informasi masyarakat setempat dan juga kalangan keturunan Arab Hadramaut, sebelum bangsa Portugis, Belanda, Jepang, Australia, Cina. Dan bangsa-bangsa asing lainnya, bahwa para pedagang Arab sudah datang di daerah Dili membawa perdagangan dari Hadramaut, Yaman Selatan. 
Menurut H Abdullah Basyarewan sebagai Ketua MUI Timor-Timur menegaskan bahwa ketika kapal pertama Portugis tiba Di Timor-Timur  pada tahun 1512. mereka di sambut oleh masyarakat Dili yang ketika itu di pimpin oleh  Abdullah afif (adalah salah satu seorang pedagang Arab). Namun masyarakat  Dili generasi sekarang tidak mengetahui kapan para pedagang Arab datang ke Dili yang Pasti Para Pedagang Arab datang lebih dahulu di bandingkan dengan bangsa Eropa.  

b. Pengaruh Penjajahan Portugal

dikatakan sebelumnya terdapat emapat fase kehadiran Islam di Timor Leste, penjajahan portugal atas afrika juga berdamapak pada hadirnya islam di Timor Timur dimana ketika Portugal menjajah wilayah Magribi, banyak pejuang dari wilayah afrika yang di buang ke Timor-Timur yang kalai itu merupakan bagian dari wilayah jajahan dari Portugal. Hal serupa juga terjadi di berberapa wilayah jajahan Portugal lainnya seperti : Mozambik, Angola, Macao, dan India. 
Dari para buangan tersebut merupakan pejuang yang beraga Islam dan memegang teguh ajaran agamanya dan dari sebagaian buangan tersebut merupakan Raja di daerah asalnya.  Diantaranya adalah buangan dari Mozambik :  Muhammad, Ahmadi  Yusuf, Ibrahim, Umar, Musa (Seorang Raja)  yang bersama seorang anaknya yang bernama Hasan (yang ibunya merupakan penduduk Pribumi.  Dan buangan dari Pakistan dan India  diantaranya : Sultan Syah, Yusuf Ibrahim, dan Daulat Khan. Kehidupan pengasingan tidak membuat mereka menjadi terasing karena mereka sama-sama bertemu dengan komunitas Islam Dili yang menjadikan mereka tidak  tidak terasing dan akrab karena menemukan orang-orag yang seiman dan seagama. 
Kebiasaan mereka yang bersal dari Mozambik tidak ubahnya dengan muslim arab yang kerap menggunakan baju Gamisnya sehingga pada kunjungan mereka ke komunitas arab kerap menggunakan baju gamis tersebut dan saling berkomunikasi dengan menggunakan bahasa arab, diantara mereka amat pandai dalam Ilmu Falak serta Ilmu Agama Lainnya. Sebagian dari pada mereka menikah dan memiliki keturunan.

c. Kedatangan Muslim Hindia Belanda (Indonesia) dan Masa Integrasi dengan Indonesia

Dalam masa Integrasi dengan Indonesia, Keberdaan Umat Islam Di Timor Timur amat  naik secara signifikan dikarenakan banyak berdatangan dari wilayah Indonesia Tercatat berdasarkan Statistik Umat islam di Timor Leste yang di Keluarkan Cencistil (Centro de Comunidade Islamica  de Timor Leste). 
Keadaan jumlah penduduk muslim mengalami perkembangan yang signifikan dimana    jumlah penduduk muslim di Timor -Timur dikatakan bahwa jumlah Muslim pada tahun 1990-an mencapai 31579  jiwa, dimana terdapat 13 Masjid, 30 Mushala, 21 Madrasah, 20 Lembaga    Islam dan 116 Ustazd, namun perbendaan terjadi disaat perpisahan dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia Jumlah Muslim Mengalami penurunan yang amat drastis, dianataranya : 5.011 Muslim, 3 Masjid, 5 Mushala, 5 Madrasah, 7 Lembaga Islam dan 21 Ustadz.  
Dari data diatas terlihat pengaruh yang signfikan antara masa sebelum kemerdekaan dan masa sesudah kemerdekaan. Umat islam amat maju dimasa bergabung dengan Repubik Indonesia dimana yang menurut penulis merupakan dampak dari transmigrasi yang dilakukan penduduk indonesia yang muslim ke wilayah Timor-Timur. 
Perkembangan umat islam di Timor-Timur saat bergabungnya dengan indonesia dapat di lihat dari pembangunan istitusi Islam, Madrasah serta Masjid yang ada di Timor-Timur. Salah satu masjid yang di Bangun dan menjadi Icon dari Islam Timor-Timur adalah Masjid An'nur yang sempat hancur disaat terjadi serangan Jepang pada Perang Dunia II dan di bangun kembali setelahnya. 
Sejak tahun 1977 sampai 1979, Madrasah Diniyah An-Nur mulai menunjukan perkembangan karena hanya Madrasah An-Nurlah satu-satunya Madrasah tempat menggodok generasi muda di timor Leste, dengan demikian fasilitas dari umat Islam Dili selalu mengalir, anak didik sering mendapatkan bantuan alat-alat tulis dari beberapa pihak, dalam tahap perkembangan selanjutnya dari awal berdirinya madrasah ini pada tahun 1976/1977, kebanyakan pengurus-pengurus madrasah An-Nur ini adalah orang-orang dari Sulawesi Utara, hal ini ada sedikit informasi mengenai beberapa tokoh dari Sulawesi Utara yang pernah menjadi pejabat di madrasah ini. 
Beberapa tokoh Islam sulawesi utara yang pernah menjabat Madrasah An-Nur diantaranya: 
Usman Huwole ( kepala Madrasah An-nur) 
Salman Maspeke ( kepala Madrasah An-Nur 1979) 
Muhsin Kanon ( pernah menjadi Kepala Madrasah An-Nur) 
Rustam Timole ( guru Madrasah An-Nur) 
Piris Iko (guru Madrasah An-Nur) 
Gafar Kioana (pernah menjadi Kepala Madrasah An-Nur) 
Mereka yang disebutkan di atas itu merupakan pengganti tugas pengajar lama di Madrasah Diniyah An-Nur Dili hingga terbentuknya Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) dan An-Nur yang ada sekarang ini. 
Kemajuan yang di alami Madrasah ini dari tahun ke tahun semakin bertambah, sejak awal integrasi dengan Indonesia. berdampak dan mempunyai pengaruh serta memberikan inspirasi, hingga banyak Madrasah-Madrasah yang berdiri di Timor Leste. Seperti Madrasah diniyah Asyafiiyyah dan Madrasah Diniyah Hasanuddin. 
Berkat keuletan para pengurus An-Nur, secara bertahap Madrasah Diniyah An-Nur ditingkatkan menjadi Madrasah Ibtidaiyah, dan pada tahun-tahun berikutnya berhasil membuka Madrasah Tsanawiyah dan Aliyah dengan tenaga pengajar baru di departemen pendidikan dan kebudayaan Dili. Dengan demikian, Madrasah yang terdapat di Timor Leste pada waktu itu adalah Madrasah Ibtidaiyah swasta, Taman kanak-kanak, Tsanawiyah, Aliyah, dan Madrasah khusus memerlajari Al-Qur’an (TPA). 
Selain Madrasah yang disebutkan di atas, yayasan An-Nur pun mendirikan Taman kanak-kanak paralel, selain itu yayasan An-nur juga mendatangkan para da’i dari Jawa melalui yayasan Al-Falah Surabaya dan dewan dakwah Islamiyah Jakarta. Dai-dai itu datang tiga tahap yaitu sekitar pada tahun 1981, 1983, 1985. Selain itu, siswa-siswa yang dahulu dikirim ke pondok pesantren di Sulawesi selatan, Jawa, telah berdatangan dan diangkat sebagai da’i atau guru agama di Madrasah Timor Leste.  
Perkembangan Islam di Timor Leste pasca kemerdekaan Timor Leste memang memprihatinkan, berdasarkan data tahun 1995, jumlah muslim mencapai 31.579 orang, namun saat ini masyarakat Muslim di Timor Leste hanya berjumlah 5.011 atau hanya 3 % dari jumlah penduduk Timor Leste yang mencapai 800.000 jiwa. Hal ini berdampak terhadap perkembangan pendidikan Islam disana. 
Informasi terakhir bahwa Lembaga Islam yang saat ini ada di Timor Leste hanya tersisa 7 Lembaga, sebelum merdeka jumlah Lembaga di Timor Leste mencapai 20. Hal ini pun berpengaruh terhadap jumlah ustadz yang ada, saat ini jumlah ustadz di Timor Leste hanya mencapai 21 orang dari sebelumnya yang mencapai 116 orang ustadz.  

Perkembangan Muslim Timor-Leste Pasca Kemerdekaan

a. Lahirnya Lembaga Islam Timor Leste

Semangat Keislaman tetap tumbuh dan konsiten di Timor Leste, walau sudah tidak bergabung kedalam wilayah negara kesatuan Republik Indonesia, Muslim Timor Leste tetap berusaha Meraih hak-hak warga negara di tengah kehidupan negara yang baru pada masa sebelum masa campur tangan PBB melalui UNTAET Muslim Timor Leste telah mempersiapakan diri  dengan membentuk Lembaga Islam Timor Leste dengan nama CENCISTIL. 
CENCISTIL adalah singkatan dari Centro da Comunidade Islâmica de Timor-Leste. Dalam bahasa Iempersiapkan diri ndonesia-nya adalah Pusat Komunitas Islam Timor-Leste. Lebih kurang Islamic Centre of Timor-Leste dalam bahasa Inggris. CENCISTIL didirikan pada tanggal 10 Desember 2000 (sebelum masa UNTAET) di Dili, Timor-Leste  
Tujuan utama pendirian CENCISTIL adalah: 
Sebagai sebuah wadah pengayomi Umat 
Sebagai satu-satunya corong Suara Komunitas Islam Timor-Leste. 
Untuk usaha menjawab kesulitan Umat paska kemerdekaan 
Untuk menjawab kebutuhan Umat Islam ketika itu, kini dan akan datang 
Dengan Misi Utama Menegakan prinsip-prinsip Al-Qur'an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW disamping Memperhatikan undang-undang Negara setempat (Konstitusi Republik Demokrasi Timor Leste). Dalam rangka mengakomodir Kepentingan Umat Islam Timor Leste baik Internal maupun Ekternal.

Visi Cencistil

a. Ingin melahirkan pribadi-pribadi Muslim yang berakhlaqul karima seperti Baginda Nabi Muhammad SAW, cakap, tangguh dan mapan di seluruhaspek kehidupan beragama dan bernegara. 
b. Menjadikan umat Islam layaknya nahl (kehidupan lebah) yang telah diterangkan dalam alQur’an.

1. CENCISTIL adalah Lembaga Legal Umat Islam Timor-Leste 
2. CENCISTIL adalah Lembaga Tertinggi Umat Islam Timor-Leste 
3. CENCISTIL adalah payung bagi seluruh Umat Islam Timor-Leste 
4. CENCISTIL adalah payung bagi seluruh ORMAS Islam Timor-Leste 
5. CENCISTIL adalah suara Umat Islam Timor-Leste 

Misi Cencistil

1. Berjuang merealisasikan kepentingan untuk Umat Islam Timor-Leste 
2. Berinteraksi aktif dan intesntif ke grass root dan ke pemerintah 
3. Merealisasikan beasiswa, pemberdayaan ekonomi umat, berjuang menyediakan fasilitas pelatihan-pelatihan, meng-sponsor ibadah haji,membela dan meringankan beban kaum lemah, fakir, miskin, yatim, piatu, yatim-piatu, janda, duda, jompo, cacat, dan pesakit 
4. Membawa suara Umat Islam Timor-Leste ke nasional dan internasional 
5. Berdialog dan berinteraksi secara konstruktif dan positif ke non-Muslim 
6. Menyediakan semua dokumen resmi Umat Islam Timor-Leste 
7. Membantu menyelesaikan masalah Umat Timor-Leste seperti: 
o Fatwa status halal-haram barang / produk dan timbangan 
o Fatwa tentang nikah dan cerai 
o Fatwa tentang kematian dan warisan 
o Fatwa tentang pemelukan dan pemurtadan 
o Fatwa-fatwa lainnya sesuai pandangan al-Qurân dan Hadits 
8. Menyediakan kantor dan fasilitas bagi Umat Islam di Distrik 
9. Mendeteksi dan mendata jumlah Umat Islam Timor-Leste, fasilitas Islam dan aset-aset potensial Umat Timor-Leste 
10. Mengajak investor Islam menanam modal di Timor-Leste 
11. Berdiplomasi aktif dengan luar negeri 
12. Menanamkan kesadaran tentang prinsip dasar Islam kepada seluruh Umat Islam Timor-Leste 
Dalam mengupayakan terciptanya Visi Misi tersebut CENCISTIL Membentuk struktur organisasi yang tersetruktur dari  tingkan pusat yang bertempat di Dili,  hingga wilayah-wilayah yang ada di Timor Leste seperti Cencistil Distrik seperti : sekretariat Distrik di empat Distrik yaitu Manufahi, Baucau, Viqueque dan Lautém.

b. Perkembangan CENCISTIL

Keberdaan CENCISTIL lahir sebagai Mitra Pemerintah dalam pengurusan mengenai kepentingan Umat Islam. Sejak dirikannya CENCISTIL mendapat Subsidi dari Pemerintah mengenai pendanaan seperti berita yang dilangsir oleh Cencistil.tl.com situs Resmi di CENCISTIL diakatakn selama tahun 2007-2009 Pemerintah memberikan Subsidi yang jumlahnya kurang lebih 200.000 dollar Amerika, namun sejak tahun 2009 Subsid tersebut tidak lagi cair. 
Dalam urusan keamanan badan aparatur Negara seperti polisi dan intel bekerja sama dengan CENCISTIL dalam mencegah ganguan yang datang dari pihak-pihak yang tidak bertanggung-jawab. Dalam hal tempat ibadah misanya pemerintah menolong CENCISTIL dengan mengawasi pro-kontra pembangunan gedung TPA di Maliana. 
Presiden Republik dan Wakil Perdana Menteri urusan social sangat memperhatikan keberadaan Umat Islam di Timor-Leste lewat pemerintah, pasal 12 dan 45 Konstitusi RDTL menjamin kebebasan beragama di Timor-Leste. Selain, pemerintah juga menghormati Umat Islam dengan menjadikan hari-hari besar Islam sebagai hari libur nasional seperti Idul Fitri, Idul Adha, sedang Maulid Nabi, Isra’ Mi’raj, Muharram masih diperjuangkan termasuk dua jam break bagi staf dan siswa Islam pada hari Jum’at. CENCISTIL juga telah menyampaikan komitmennya agar bisa menjembatani pemerintah TL dengan Negara-Negara Islam di dunia.

c. Perkembangan Mualaf


Perkembangan Mualaf di Timor Leste tercatat bertambah 500 orang pada tahun 2011,  Namun dalam pembinaannnya mualaf Timor Leste  amat kurang, disebabkan sedikitanya  ulama  atau ustadz yang membina para mualaf tersebut. 
Informasi terakhir bahwa Lembaga Islam yang saat ini ada di Timor Leste hanya tersisa 7 Lembaga, sebelum merdeka jumlah Lembaga di Timor Leste mencapai 20. Hal ini pun berpengaruh terhadap jumlah ustadz yang ada, saat ini jumlah ustadz di Timor Leste hanya mencapai 21 orang dari sebelumnya yang mencapai 116 orang ustadz.  

Kehadiran Islam di Tmor Leste telah sejak lama, bahkan sebelum kehadiran orang-orang Portugis di Timor Leste, hal ini di dari dari jalur perdagangan yang menempatkan Pelabuhan Dili sebagai temat singgah dari kepulauan yang ada di wilayah Indonesia Bagian Timur Khususnya daerah Nusa Tenggara Timur. 
Kehadiran pedagang arab tidak bisa secara langsung menkonversi agama peduduk Timor yang telah memiliki kepercayaan Nenek moyang yang di pegang teguh, ditambah kedatangan orang-orang portugis yang hampir berbarengan denggan pedagang arab yang makin mempesulit tersebarnya Islam di Timor. 
Fase kehadiran umat islam di Timor tidak hanya di sokong oleh para pedangan arab namun juga di kontribusikan oleh penjajah portugis sendiri yang mendatangkan para tahanan pemberontak penjajahan Portugis di Afrika Barat, India dan Pakistan yang merupakan penduduk yang memeluk Islam. 
Kemerdekaan Indonesia berdamapak pula pada hubungan diplomatik anatar pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Kolonial Portugis di Timor.  Yang  pada akhirnya banyak orang-orang Indonesia yang beraga Isam datang ke Timor, terlebih setelah bergabungnya Timor Portugal ke wilayah Indonesia perkembangan umat Islam amat signifikan baik secara kuantitas pemeluk hingga lembaga hingga bagunan sarana dan prasarana Islam di Timor Leste. 
Kemerdekaan Timor Leste amat berdampak pada berkurannya kuantitas umat Islam Timor Leste, hal ini tidak menyurutkan semangat umat Islam Timor untuk tetap memiliki kekuatan dalam mengakomodasi kepentingannya di Timor Leste. Kehadiran CENCISTIL merupakan bukti bahawa Umat Islam Timor Leste tetap eksis dalam mengupayakan pengakomodiran kepentigan Umat Islam Tmor Leste.


.....DAFTAR PUSTAKA.....
Hasan Muarif Ambary, Menemukan Peradaban Jejak Arkeologis dan Historis Islam Indonesia, (Jakarta: P T Logos Wacana Ilmu, 1998). 
Bazher, Ambarak. A Islam di Timor-Timur (Jakarta : Gema Insani Press, 1995). 
Zacky Anwar Mukarim dkk, Hari-hari Terakhir Timor-Timur, (Jakarta: PT sportif Media Informasindo, 2003. 
HYPERLINK "http://www.cencistil.tl.com/"www.cencistil.tl.com 
HYPERLINK ""http://dewanda’wahislamiyah.org 
Government of Timor-Leste.html, 

Tuesday, 19 March 2013

Geliat Kampaye Pemilu Bergulir di 2013

Baliho obral janji terpang-pang di sudut-sudut kampus UIN Jakarta. layaknya politikus nasional Mahasiswa menebar janji di tengah aktifitas mahasiswa. Bermodal baliho dan pamplet mereka mengubar janji agar mereka dapat terpilih sebagai wakil mahasiswa di dewan senat Jurusan maupun Fakultas.

Budaya demokrasi di kampus UIN mulai bwrgeliat kembali setelah dua tahun lalu mengalami ke kisruhan akibat banyaknya partai yang menolak hasil pemilu kampus.

Hingga akhirnlya kampus membened sistem pemilu kampus yang awalnya dari usungan partai yang ber afiliasi dengan organisasi mahasiswa luar kampus seperti HMI, PMII, IMM dan banyak lainnya.

Perubahan sistem Pemilu kampus saat ini dengan pola perwakilan jurusan dengan akhirnya hasil dari pemilu mahasiswa akan terbentuk dewan senat mahasiswa. 

Dengan pola ini di harapkan keisruhan yang terjadi beberapa tahun lalu dapat terminimalisir dan aktifitas mahasiswa berjalan lancar karena  sistem angaran akan lancar kembali karena terkelola oleh perwakilan mahasiswa yang kelak terpilih. sehingga pada akhirnya kegiatan-kegiatan yang di usung mahasiswa kepada pihak kampus berjalan lancar dan ide kegiatan mahsiswapun terakomodasi dengan baik.

Friday, 15 March 2013

Indonesia - Malaysia Sebuah Cermin



Indonesia merupakan negara yang merdeka sejak 17  Agustus  1945, Indonesia juga merupakan Negara plopor kemerdekaan bagi Negara-negara Asia bahkan Dunia. sebagai negara merdeka Indonesia memiliki wilayah yang bergitu luas di bandingkan dengan Negara-negara tetangganya di regional Asia Tenggara. Indonesia juga diperkaya dengan  begitu banyak sumber daya baik manusia maupun alamnya. Namun jika Indonesia berkaca dengan wilayah tetangganya yang memiliki wilayah tidak lebih dari seperempat wilayah Indonesia mampu membangun kesejahteraan bagi negaranya terlebih Negara pulau yang tak lebih besar dari luasnya Jakarta, Singapura mampu menjadi magnet perekonomian Asia. Melihat Negara tetangga Malaysia yang merdeka pada 31 Agustus 1957,  lebih muda 12 tahun kemerdekaanya dari Negara Indonesia mampu merubah keadaan ekonomi Negara ke level  yang lebih tinggi dari pada Indonesia. Dan kini merupakan lumbung pencarian devisa Indonesia melaui tenaga kerjanya.
Jika merujuk pada sejarah perjalanan panjang Negara Malaysia yang merupakan Negara serumpun dari Indonesia memiliki keterpurukan ekonomi serta identitas bangsa, ditengah keterbelakangan pendidikan dari mayoritas masyarakatnya hingga di awal decade 70-an banyak tenaga pendidik di datangkan dari Indonesia untuk mengajar di berbagai sekolah dan universitas di Malaysia. Mengedepankan pendidikan merupakan suatu yang menjadi utama untuk dapat menciptakan Malaysia sejahtera.
Sebut saja Imamudin Abdul Karim, seorang dosen Intstitute Teknologi Bandung di tahun 1960-an yang di undang datang melalui Departeman Pendidikan dan Kebuyaaan Republik Indonesia  untuk mengajar di Malaysia, pernah menyebutkan keadaan Malaysia yang amat jauh dengan keadaan di Indonesia dalam buku Zainah Anwar Kebangkitan Islam Malaysia LP3IS 1990.
Hal ini merupakan suatu tolak ukur bagi keadaan Malaysia saat ini, ditengah persiapan menyongsong Komunitas ASEAN di tahun 2015. Malaysia berkembang menjadi Negara Industri  yang merangkak maju melalui produk unggulan kendaraan bermotor PROTON (Perusahaan Automobile Nasioanal) yang dirintis atas kerjasama Mitsubishi (Jepang) dengan pemerintah Malaysia di tahun 1984.
Persiapan matang ini disiapkan jauh-jauh hari sebelum isu komunitas ASEAN bergulir dan akan di terapkan pada tahun 2015 dan bahkan era globalisasi 2020. Hal ini didukung oleh kinerja yang dipersiapkan oleh bapak Revolusi Malaysia DR. Mahathir Mohammad, yang pada awal tahun 70-an melalui The Malay Dilemma yang merupakan karya monumentalnya mampu mehiptosis kedaan masyarakat Malaysia untuk lebih dapat bersaing di tatanan Negara maupun  tatanan Internasional.
Kepemimpinan yang baik, amanah serta memiliki kedisiplinan diterapkan sejak Mahathir naik menjabat sebagai Perdana Menteri ke Empat Malaysia di tahun 1981. Yang dengan sekejap Mahahthir di elu-elukan sebagai Pedana Menteri yang lahir dari kalangan masyarakat biasa   yang amat populis di tengah pola kepimpinannya yang agak otoliter. Dengan bernagai kebijakan yang berorientasikan masa depan.
Sikap tegas pempimpin dalam mengatur pemerintahan dan membangun Negara menjadi modal utama bagi keadaan Malaysia kini. Malaysia berkembang menjadi Negara yang amat berpengaruh di kawasan ASEAN dan kerap melakukan manuver unjuk kekuatan militer di kawasan sebagai tanda kekuatan yang dimilikinya. Yang perlu harus dimiliki pemimpin bangsa Indonesia.
Dengan demikian ini merupakan suatu pukulan buruk bagi keadaan Indonesia di tengah keunggulan historisnya terlena dan enggan mengejar ketertinggalan dan menjadi Negara yang ada di baris belakang dari negara tetangganya   yang dahulu mengemis meminta bantuan pengajar untuk memajukan negaranya. Maka dari itu perlu adanya suatu perubahan yang cepat untuk mengejar ketertinggalan Indonesia di kawasan regional ASEAN agar Komunitas ASEAN yang digadang-gadangkan pada 2015 benar-benar akan memajukan Negara Indonesia yang di mulai dari individu bangsa yang sadar akan perubahan sikap guna menjadi Negara yang disegani di dunia.

Friday, 1 March 2013

PERGUMULAN ISLAM POLITIK DI PEMILU 2014


Era reformasi merupakan era baru perjalanan Islam politik di Indonesia, berangkat dari ke universalitas ajaran Islam  yang dipercayai oleh umatnya  yang percaya ajaran Islam tidak hanya menyangkut permasalahan Ubudiyah tetapi juga permasalahan Muamalah yang didalamnya terkandung juga permasalahan Syiasah. Syiasah dalam Islam telah lama di perkenalkan oleh pembawa ajarannya dengan secara explisit mengajarkan berpolitik dalam Islam. 
Kejelasan anjuran berpolitik lebih terekam di dalam takrir Nabi Muhammad dengan pengangkatan beliau oleh pengikutnya, sebagai kepala urusan agama dan juga kepala pemerintahan setelah hijrahnya beliau berserta pengkutnya ke Yatstrib, yang saat ini di kenal sebagai Kota Madinah di Saudi Arabia. Hingga saat ini ajaran yang disebarkan oleh Nabi Muhammad  tetap terekam dan di jalani oleh para pengikutnya, tidak terkecuali di Indonesia. 
Permasalahan syiasah Islam di Indonesia telah lama berjalan, baik di era penjajahan maupun di era kemerdekaan. Legitimasi agama telah di jadikan sebagai suatu simbol perlawanan terhadap penjajah Belanda yang di anggap sebagai kaum kafir yang perlu dilawan. Dengan memupuk rasa patriotisme dan nasionalisme dikalangan umat,  serta di jadikan sebagai  upaya mengusir penjajah dari tanah air Indonesia.  
Menjelang kemerdekaan golongan Islam di Indonesia terbagi atas dua faksi yang berbeda yang diantaranya adalah golongan Nasionalis Islam yang menginginginkan terbentuknya negara Islam dan golongan Nasionalis Sekuler di dalam BPUPKI (Badan Panitia Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia)  bentukan pemerintah kolonial Jepang,  yang didalamnya terdapat 62  anggota beragama Islam namun hanya 12 yang tergolong kedalam golongan Nasionalis Islam. Hingga akhirnya upaya golongan Nasionalis Islam tidak mendapat kekuatan dan menerima konsesi penghapussan kata Syariat Islam  bagi penganutnya dalam piagam Jakarta.
Upaya terus dilakukan oleh golongan Nasionalis Islam di era kemerdekaan dan mendapat perhatian yang cukup penting di era kepemimpinan Soekarno melalui konsepsi Nasakom Soekarno, mencoba mengakomodasi tiga ideologi besar yang berkembang dimasanya menjadi kekuatan politik,  di tengah kemerdekaan Indonesia. Namun konsep Nasakom mengalami kegagalan disaat salah satu ideologi mengadakan pemberontakan di tahun 1965. Hingga akhirnya memaksa Soekarno untuk meletakan jabatannya kepada Soeharto yang di percaya  dapat memimpin Indonesia dari kalangan militer.
Meskipun demikian Islam masih di golongkan ancaman bagi pemerintahan yang baru terbentuk karena masih kentalnya anggapan bahwa golongan Nasionalis Islam masih mendambakan keadaan negara Islam untuk Indonesia merdeka. Keadaan ini mendorong terciptanya sifat antagonistik pemerintah terhadap golongan Islam hingga menjelang masa  runtuhnya rezim yang ia bangun sejak akhir 60-an.  Upaya penerapan satu azas dalam berpolitik dengan memaksa golongan-golongan partai Islam bergabung dalam Partai Persatuan Pembangunan (PPP), merupakan salah satu cara pemerintah dalam mereduksi kekuatan Islam  dengan dalih stabiulitas nasional guna pembangunan.  
Persatuan Umat Islam Indonesia kembali di uji setelah lebih kurang selama 32 tahun kekuasaan Orde Baru mendapatkan kesempitan ruang gerak, dengan di cap sebagai ancaman keberlangsungan negara. Perjuangan  Islam politik hingga pada akhirnya mernemukan jalanya dengan bersikap akomodatif  dengan pemerintah di akhir masa Orde Baru.  Hal ini tidak lain tidak bukan diakibatkan kemunculan golongan santri baru yang bersikap terbuka dan tidak lagi mengedepankan politik Islam di Indomesia, hingga Reformasi bergulir.  Dengan mengedepankan Islam Politik sebagai cara untuk mengedepankan Politik Islam saat itu.
Pergesaran pandangan yang muncul pada akhir Orde Baru dikalangan politik Islam mengalami pergeseran kembali di era Reformasi bergulir. Hal ini di tandai dengan bermunculannya golongan-golongan yang mengedepankan formalitas simbolis ditengah politik Islam era Reformasi. Tidak kurang dari 42 partai politik Islam yang muncul  di pemilu tahun 1999,  hal ini juga menandakan kegagalan umat Islam dalam bersatu guna memperoleh legitimasi politik di pemerintahan. 
Hingga akhirnya golongan partai Islam hanya memperoleh 59 kursi pada parlemen setelah melakukn stembus accord agar tidak hilangnya kursi hasil pemilihan.  diantara partai yang melakukan stembus accord adalah : PPP, PBB, PK, PKU, PUI, PSII-1905 dan Partai Islam Masyumi.
Pada dasarnya kekuatan Islam pada pemilu 1999 cukuplah kuat dengan berbagai macam partainya. Namun pemahaman yang tertanam mengenai Islam Politik telah mendarah daging setelah 32 tahun terbelenggu. Politik simbolis dan formalitas tidak lagi menjadi simbol kerkuatan umat. Di dalam kalangan umat Islam modernis terjadi penguatan Islam politik dengan bergabung atau mendirikan partai yang besifat nasionalis seperti PAN dan PKB,  yang memiliki basis pendukung dari kalangan Islam modernis yang kurang memikirkan simbol dan formalitas partai. Kejadian ini terus berlanjut hingga pada pemilu-pemilu selanjutnya yang dilakukan pada 2004 dan 2009. 
Pemilu 2014 menjadi pemilu yang cukup menarik untuk dikaji mendalam, dikarenakan hanya 2 partai Islam yang lolos verifikasi faktual dan berhak mengikuti Pemilu 2014  yang di wakili oleh PKS dan PPP.  Pergumulan Islam politik akan kentara kekuatannya di bandingkan kekuatan politik Islam sebelum-sebelumnya. Kalangan Politik Islam  harus meyakinkan para voters Islam agar tetap sedia memilih mereka di tengah gejolak ketidak percayaan /kegalauan hati masyarakat Indonesia terhadap kinerja pemerintah terhadap pemberantasan korupsi. 
Kalangan Politik Islam  harus mengambil moment musim politik di tahun 2013, melalui  persaingan  dengan kalangan Nasionalis serta dapatr mengambil simpati voters Islam  dan voter setia kalangan Islam modernis yang tidak memikirkan simbol dan formalitas Islam dalam berpolitik.  Dua partai ini akan menjadi kekuatan yang positif jika keduanya menjadi pilihan terbanyak  dan mampu menempatkan ratusan kadernya di parlemen. Namun jika kepercayaan voters tidak kepada keduanya akan menjadi ukuran kekutan politik Islam di Indonesia yang mengalami pasang surut di setiap Pemilu bergulir sejak terakhir kali menjadi pemenang Pemilu di tahun 1955.