Friday, 15 March 2013

Indonesia - Malaysia Sebuah Cermin



Indonesia merupakan negara yang merdeka sejak 17  Agustus  1945, Indonesia juga merupakan Negara plopor kemerdekaan bagi Negara-negara Asia bahkan Dunia. sebagai negara merdeka Indonesia memiliki wilayah yang bergitu luas di bandingkan dengan Negara-negara tetangganya di regional Asia Tenggara. Indonesia juga diperkaya dengan  begitu banyak sumber daya baik manusia maupun alamnya. Namun jika Indonesia berkaca dengan wilayah tetangganya yang memiliki wilayah tidak lebih dari seperempat wilayah Indonesia mampu membangun kesejahteraan bagi negaranya terlebih Negara pulau yang tak lebih besar dari luasnya Jakarta, Singapura mampu menjadi magnet perekonomian Asia. Melihat Negara tetangga Malaysia yang merdeka pada 31 Agustus 1957,  lebih muda 12 tahun kemerdekaanya dari Negara Indonesia mampu merubah keadaan ekonomi Negara ke level  yang lebih tinggi dari pada Indonesia. Dan kini merupakan lumbung pencarian devisa Indonesia melaui tenaga kerjanya.
Jika merujuk pada sejarah perjalanan panjang Negara Malaysia yang merupakan Negara serumpun dari Indonesia memiliki keterpurukan ekonomi serta identitas bangsa, ditengah keterbelakangan pendidikan dari mayoritas masyarakatnya hingga di awal decade 70-an banyak tenaga pendidik di datangkan dari Indonesia untuk mengajar di berbagai sekolah dan universitas di Malaysia. Mengedepankan pendidikan merupakan suatu yang menjadi utama untuk dapat menciptakan Malaysia sejahtera.
Sebut saja Imamudin Abdul Karim, seorang dosen Intstitute Teknologi Bandung di tahun 1960-an yang di undang datang melalui Departeman Pendidikan dan Kebuyaaan Republik Indonesia  untuk mengajar di Malaysia, pernah menyebutkan keadaan Malaysia yang amat jauh dengan keadaan di Indonesia dalam buku Zainah Anwar Kebangkitan Islam Malaysia LP3IS 1990.
Hal ini merupakan suatu tolak ukur bagi keadaan Malaysia saat ini, ditengah persiapan menyongsong Komunitas ASEAN di tahun 2015. Malaysia berkembang menjadi Negara Industri  yang merangkak maju melalui produk unggulan kendaraan bermotor PROTON (Perusahaan Automobile Nasioanal) yang dirintis atas kerjasama Mitsubishi (Jepang) dengan pemerintah Malaysia di tahun 1984.
Persiapan matang ini disiapkan jauh-jauh hari sebelum isu komunitas ASEAN bergulir dan akan di terapkan pada tahun 2015 dan bahkan era globalisasi 2020. Hal ini didukung oleh kinerja yang dipersiapkan oleh bapak Revolusi Malaysia DR. Mahathir Mohammad, yang pada awal tahun 70-an melalui The Malay Dilemma yang merupakan karya monumentalnya mampu mehiptosis kedaan masyarakat Malaysia untuk lebih dapat bersaing di tatanan Negara maupun  tatanan Internasional.
Kepemimpinan yang baik, amanah serta memiliki kedisiplinan diterapkan sejak Mahathir naik menjabat sebagai Perdana Menteri ke Empat Malaysia di tahun 1981. Yang dengan sekejap Mahahthir di elu-elukan sebagai Pedana Menteri yang lahir dari kalangan masyarakat biasa   yang amat populis di tengah pola kepimpinannya yang agak otoliter. Dengan bernagai kebijakan yang berorientasikan masa depan.
Sikap tegas pempimpin dalam mengatur pemerintahan dan membangun Negara menjadi modal utama bagi keadaan Malaysia kini. Malaysia berkembang menjadi Negara yang amat berpengaruh di kawasan ASEAN dan kerap melakukan manuver unjuk kekuatan militer di kawasan sebagai tanda kekuatan yang dimilikinya. Yang perlu harus dimiliki pemimpin bangsa Indonesia.
Dengan demikian ini merupakan suatu pukulan buruk bagi keadaan Indonesia di tengah keunggulan historisnya terlena dan enggan mengejar ketertinggalan dan menjadi Negara yang ada di baris belakang dari negara tetangganya   yang dahulu mengemis meminta bantuan pengajar untuk memajukan negaranya. Maka dari itu perlu adanya suatu perubahan yang cepat untuk mengejar ketertinggalan Indonesia di kawasan regional ASEAN agar Komunitas ASEAN yang digadang-gadangkan pada 2015 benar-benar akan memajukan Negara Indonesia yang di mulai dari individu bangsa yang sadar akan perubahan sikap guna menjadi Negara yang disegani di dunia.

No comments:

Post a Comment