A. Islamisasi Maluku Utara
Islam mulai masuk wilayah nusantara sejak abad
ke-tujuh masehi dimana disaat itu merupakan fase awal dari penyebaran Islam di wilayah
nusantara. Namun permasalahan ini
merupakan suatu hal yang menjadi perdebatan yang cukup menambah wawasan
sejarah saat ini. Menurut Uka Tjandrasasmita, terdapat dua perbedaan pendapat tentang
penyebaran Islam di dunia melayu, teori yang ada biasa dibagi kedalam dua
kategori.[1]
Hal ini didukung oleh pendapapat Hamka,
JC. Van Luer, Syed Naguran Al Attas, Dsb., sedang pendapat kedua didukung oleh
Snouck Hurgronje, H. Agus Salim Dan lainnya.
Hal ini tidak tanpa alasan namun hal ini didasari
atas pertimbangan atas ditemukannya Berita China yang menyebutkan di daerah Ta-shih
(Wialayah pantai barat Sumatra) telah ada ada pemukiman Arab Muslim.
Melihat keadaan geografis wilayah nusantara terlebih
kearah daerah timur Nusantara, Maluku merupakan daerah yang amat jauh. Namun
daerah ini merupakan daerah pengahasil rempah yang menjadi komoditas utama
perdagangan di eranya.
Dengan adanya komoditas tersebut hubungan
sosialisasi antar pedagangan membuat kontak denga dunia Islam di Barat
Kerpulauan Nusanatara, kepastian untuk penyebaran Islam pertama kali memang simpang
siur namun dapat dipastikan kerajaan Islam terbentuk di Maluku dimulai pada
pertengahan abad ke-15.
Dimulai dengan pengenalan dengan mubaligh kemudian
menarik hati Raja kerajaan Gapi
(Ternate) sehingga mendorong raja untuk
mendalami Islam hingga ke tanah Jawa Giri/ Gresik. Setelah itu barulah raja mengislamkan semua kerluarga di lingkungan
istana dan rakyatmya. Hal ini terjadi diwilayah Maluku lainya seperti : Tidore,
Jailolo dan Bacan.
B. Kesultanan Ternate
Sejarah singkat, pemerintatahan Maluku Utara dimulai tahun 1257,
Pembentukan kerajaan Moloku dengan Baad Mansur Malomo sebagai Penguasa.[2]
kekuasan raja-raja Ternate, membauat Raja-raja tersebut dijuluki sebagai raja
Cengkih, kedatangan Portugis menimbulkan persatuan Kerajaan-kerajaan Maluku
yang disebut Moloku Rie Raha pada 1530 untuk melawan Portusgis.
Kolano Marhum (1465-1486), penguasa Ternate ke-18 adalah raja
pertama yang diketahui memeluk Islam bersama seluruh kerabat dan pejabat
istana. Pengganti Kolano Marhum adalah puteranya, Zainal Abidin
(1486-1500). Beberapa langkah yang diambil Sultan Zainal Abidin adalah
meninggalkan gelar Kolano dan menggantinya dengan Sultan, Islam diakui sebagai
agama resmi kerajaan, syariat Islam diberlakukan, membentuk lembaga kerajaan
sesuai hukum Islam dengan melibatkan para ulama. Langkah-langkahnya ini
kemudian diikuti kerajaan lain di Maluku secara total, hampir tanpa perubahan.
Ia juga mendirikan madrasah yang pertama di Ternate. Sultan Zainal Abidin
pernah memperdalam ajaran Islam dengan berguru pada Sunan Giri
di pulau Jawa, disana beliau dikenal sebagai "Sultan Bualawa" (Sultan
Cengkih).[3]
Hal
ini berlanjut hingga kedatangan Portugis ke-wilayah ini, pada abad ke-16, namun
keberadaan islam yang lebih awal telah memberikan kekuatan tersendiri bagi
Muslim Maluku.
Keberadaan Ternate sebagai pusat kekauatan utama di
kepulauan rempah-rempah, merupakan suatu hasil dari gabungan /aliansi antara
empat kerakaan yaitu : Ternate, Tidore , jailolo dan Bacan. Aliani amat kaut
sehingga berhasil memilki wilayah kekuasaan diwilayah timur indonesia seperti :
Sulawesi atara, Kepulawan selatan Fhilipina, dan Irianjaya.
Namun demikian terjadi rivalitas /persaingan antara
kedua kerajaan antara Ternate dan Tidore, dalam yang pada perkembangannya kedua
kekuatan tersebut masing-masing di sokong oleh kekuatan Asing Seperti Ternate
dengan Portugis dan Tidore dengan Sepanyol. Pada tahun 1529 Ternate berhasil
mengalahkan Tidore namun kemenangan ini memulai krisis Ternate.
Akibat Agretifitas
Portugis, Ternate membangun kekuatan untuk melawan Portugis tapi berakhir dengan terbunuhnya Sultan
Khairun di Loji Portugis.[4]
Kemudian pengganti sultan Khairun, Sultan Baabullah Portugis berhasil di usir. Namun
kemenangan tersebut bukan menjadi kemenangan bagi kerajaan Ternate, sebab pada
abad -16 Ternate menjadi wilayah taklukan VOC.
C. Peinggalan Arkeologi Kesultanan
Ternate
Menurut Annals, kerajaan tumbuh berjaya dan mundur,
hal ini juaga terjadi pada Kerajaan Ternate, kemajuan serta pengaruh masalalu
meninggalakan pengingalan yang berarti bagi kerajaan tersebut. Hubungan
politik, perperangan serta perdagangan meninggalkan tempat-tempat serta
bukti sejarah tentang kenenaran akan
keberadaan suatu pristiwa ataupun suatu benda.
Kerajaan Ternatepun meninggalkan berbagaimacam
peninggalan penting sejak ia berdiri masa kemasan hingga sekarang, Seperti :
1. Komplek Istana/ Masjid
dan Makam
Istana kesultanan
Ternate bergaya abad ke-19 berlantai dua menghadap kea rah laut, dikelilingi
perbentengan, terletak satu komplek denagn masjid Jami Ternate.[5]
Terletak di wilayah administrative Soasiu, Keluerahan Letter C, Kodya Ternante,
pemugaran telah dilaksanakan sebanyak dua kali antar 1978-1982 oleh Mendikbud
yang dipimpin oleh DR. Daoed Joesoef. Komplek ini diajadikan sebuah Museum
Kesultanan Ternate.
Masjid Jami Kesultanan
Ternate berasda dalam Komplek Kesultanan Ternate berdenah Persegi, menghadap
ketimur didirikan oleh Sultan Hamzah , memiliki atap bersusun tujuh,dengan luas
masjid 22.40 X 39.30m denagan tinggi keseluruhan 21.74 m, masjid memiliki 4
tiang utama dan 12 tiang penyokong, masjid dikelilingi pagat tembok dengan
pintu gapura beratap dua susun yang berfungsi sebagi menara adzan
Terletak di belakang
komplek makam terdapat pemakaman yang juga dikelilingi tembok, luas dari
komplek makam utara 65m ,timur 30 m, selatan 65m dan barat 21 m. terdapat makam
sultan-sultan yang menjabat anatar abad 18-20 dianataranya : Sultan Siraju Muluk Iskandar sampai dengan
Sultan Muhammad Uthman. Makam disini dapat dibedakan anataradua yaitu berhias
dan tidak berhias, ragam hias umumnya bercorak floralistik, berpola jualianan/
susuna daun-daunan khas Ternate, sering daianggap pola hias Polinesia. makam
Sultan Muhammad Uthman (W. 1212 H/ 1728 M), Sultan Amiruddin Iskandar (W. 1276
H/1850 M) Sultan Muhammad Ali (W.1226 H/ 1811 M) dan beberapa makam sultan yag
menjabat tahun-tahun belakangan.
Selai komplek makam
tersebut terdapat makam makam diluar komplek tersebut yang berada di bukit
Formadyahe dianataranya : Sultan Khairun
dabn Sultan Babullah namun makam ini tidak berhias.
2. Koleksi Istana Kesultanan
Ternate
Koleksi istana yang
telah menajadi koleksi artefak Museum Kesultanan Ternate yang menjadi tanda
eksdistensi kesultanan Ternate, menurut para ahli tahun 1995 stelah di
identifikasi pengelompokan koleksi Museum sebagi Berikut : [6]
Kelompok
Artefak
|
Nomor
|
Jenis
Artefak
|
Ideofak
|
1
2
3
1
2
3
1
2
3
4
|
Al
– Qur’an
Cis
Tempat
berdoa
Bendera
atau apanji-panji
Singgasana/
mahkota, dll.
Tongklat
kebesaran
Pedang/
tombak/ senapan
Topi
militer
Baju
besi
Tameng
/perisai
|
Pada museum ini
tersimpan berbgai macam peninggalan yang bercirikan Ideofak, yang menyimpan berbagai peninggalan sejarah
seperti Naskah, Perhiasan, serta Al-qur’an yang ditulis di Maluku.
Perhiasan emas amat
menjadi identitas Kesultanan Ternate karena emas menandakan suatu ornament dari
kesultanan Ternate. Selai itu Museum menyimpan banayak Naskiah / Maklumat yang
dikeluarakan Baik dari dari Kesultanan dan Juga Negeri asing (Belanda), Selain
itu terdapt enam Jilid Al-Qur’an yang di
tulis ulama setempat, serta koleksi Senjata buatan local maupun Asing, seperti
: Meriam Sundut yang berukuran Kecil dan
sedang beserta pelurunya yang dibuat oleh, Portugis, Inggris dan Belanda.
3. Peninggalan Kolonial
Pada masa colonial
terdapat banyak peninggalan berupa benteng-benteng yang berada sejak
abad-17-20, dianataranya : Portugis, Benteng Sanata Lucia (1502 M), Benteng
Santo Paolo (1522 M) dikampung Kastela, Benteng santo Pedro dikampung Laguna,
dan Benteng Santo Ana, Benteng Belanda, Fort Oranje (1609M).
Terima Kasih banyak,tapi saran aku tolong dong pake gambarnya..
ReplyDelete