Thailand,
( Prathet Thai) merupakan sebuah kerajaan monarki yang berada di Asia Tenggara.
Mayoritas dari penduduk negara Thailand
merupakan beragama Buddha sekitar 95%, 4% beragama Islam dan sisanya
Kristen dan Konfuchu.[1]
Minoritas
muslim banyak terdapat di wilayah selatan dari negara Thailand sebuah wilayah
yang berbatasan langsung dengan negara Malaysia. Walau terdapat minoritas
muslim yang tedapat di pusat Negara Bangkok. Namun wilayah Patani di dominasi
dengan masyarakat muslim yang bersuku Melayu, walau terdapat minoritas muslim
yang berada di Bangkok yang bukan dari masyarakat Melayu. Keberadaan minoritas
muslim Pattani di wilayah Thailand merupakan sebuah hasil dari perjalanan panjang mengenai
keberadaan Kesultanan Islam yang berkuasa sejak beradab-abad silam.
Keberadaan
pelabuhan besar Patani merupakan
identitas nama Kerajaan Melayu saat itu,
menjadikan Patani menjadi tempat yang termashur sebagai pusat perdagangan dan
tempat berkumpulnya komunitas pedagang dari berbagai Negara. Hal ini
memungkinkan karena keberadaan Malaka
yang telah mulai dikuasai pendatang Eropa.
Namun
demikian keberadaan Patani sebagai daerah yang berpengaruh seolah telah
dilupakan diirin
dengan hilangnya otoritas masyarakatnya yang telah berada
dibawah kekusaan kerajaan Monarki Konstitutional Thailand. Dimana terjadi
perlihan politik yang berlangsung akibat perebutan pengaruh wilayah kekusaan
antara Kerajaan Siam dengan Masyarakat Melayu Patani yang tergabung dalam
Kesultanan Patani.
KEHADIRAN ISLAM DI LANGKASUKA
A. Kerajaan Langkasuka
Wilayah Asia
Tenggaara merupakan daerah yang amat luas, berisiskan daerah kepulauan yang
membentang dari timur ke barat. Laut merupakan wilayah yang mendominasi daerah ini. Tercatat
terdapat dua imperium besar yang berkuasa di wilayah ini seperti Majapahit dan Sriwijaya dua kerajaan besar
di-era Hindu-Buddha diwilayah Asia Tenggara.
Hindu-Buddha merupakan agama
manyoritas dipeluk oleh penduduk Asia Tenggara. Keberadaan Sriwijaya dan
Majapahit yang merupakan Imperium besar yang berada di selatan Asia Tenggara
yang telah banyak di ketahui oleh
khalayak banyak orang.
Namun jika di katakan Langkasuka orang akan berpikir apa itu
? ternyata Langkasuka merupakan sebuah kerajaan yang berada di wilayah utara
Malaysia dan selatan dari Thailand, hal
ini berdasarkan tesis yang ditulis Wiphusana Kalimanee, yang menulis langkasuka
merukan kerajaan yang berada di wilayah patani sekarang berdasarkan peninggalan
arkeologinya pada abad ke-7M.[1]
Langkasuka merupakan daerah penting yang memungkinkan
Sriwijaya untuk menjadikan wilayah taklukannya, Mengikut catatan
pelawat-pelawat China yang membuat perhubungan dengan negeri-negeri Asia
Tenggara pada abad kedua Masehi sebuah negeri bernama 鏑ang-ya-shiu atau Langkasuka (Paul
Wheatley 1961, 387-412) sudahpun wujud ketika itu. Berdasarkan catatan tersebut ahli-ahli sejarah Eropa
percaya bahwa negeri Langkasuka yang terletak di pantai timur Semenanjung Tanah
Melayu antara Senggora (Songkhla) dan Kelantan itu adalah lokasi asal negeri
Patani. Adalah dipercayai bahwa Ibu Kota Negara pada masa itu terletak di
sekitar daerah Yarang. Patani adalah sebuah kerajaan yang termaju di
Semenanjung Tanah Melayu dan sebuah pelabuhan yang penting sejak kurun ke-8
Masehi kerana Teluk Langkasuka (Teluk Patani sekarang) sangat sesuai dijadikan
tempat kapal-kapal dagang berlabuh dan berlindung dari pada musim angin ribut tengkujuh. Paul Wheatly menjelaskan
bahwa kerajaan Langkasuka menguasai jalan perdagangan timur-barat melalui
Segenting Krajaan dan kekuasaannya meliputi kawasan Semenanjung sehingga ke
Teluk Benggala. Kerajaan Melayu Langkasuka ada hingga menjelang abad ketiga belas
dan diganti oleh Kerajaan Melayu Patani.[2]
Dengan demikian eksistensi kerajaan langkasuka amat penting
disamping keberadaan pelabuhannya yang
telah eksis sejak abad ke-8 masehi. Yang mendorong keberdaan kerajaan
Langkasuka.
B. Pertemuan Langkasuka dengan Islam
Keberdaan Langksasuka telah berdampak pada hadirnya berbagai
bangsa, hadirnya pedagang arab yang masuk ke wilayah patani di perkirakan sejak
abad ke-10 atau abad 11 M. namun demikian Kesultanan Islam baru hadir di
sekitar abad ke 15 M sesudah jatuhnya Kerajaan Malaka. kedatangan pedagang ini
di karenakan Langkasuka merupakan daerah pelabuhan yang maju sejak abad ke-6
atas dasar hubungan Langkasuka dengan China khususnya kerajaan Funan.
Dengan demikian kehadiran Islam merupakan bukan hal yang
baru bagi Kerajaan Langkasuka, terlebih
hubungan antara Langkasuka dan Campa yang telah menjadikan Islam sebagai agama
sejak abad ke-11 dan 12 M amat dekat berdasarkan pertalian keluarga.[3] Hal ini menyatakan pertemuan Islam
dengan Patani di mulai sejak lama selain dengan pedagang arab tetapi juga telah
melalui hubungan dengan Campa berdasarkan pertalian keluarga.
Sedangkan Azyumardi Azra dalam Ensiklopedi Tematis Dunia Islam,
Asia Tenggara, mengatakan bahwa Islam masuk di Thailand diperkirakan pada Abad
ke-10 atau ke-11[4], di kawasan Thailand Selatan sekarang atau
tepatnya di daerah Pattani. Islam-pun masuk ke daerah Pattani melalui
pedagang-pedagang muslim dari Arab dan India[5], karena daerah
Pattani merupakan daerah yang maju dan
strategis untuk disinggahi.
Namun demikian perjalanan panjang menuju kesultanan islam
cukup panjang membutuhkan waktu 300 tahun atau 3 abad setelak islam masuk
kedaerah ini.
C. Faktor Pendukung Kehadiran Islam di Langkasuka
Seperti yang di singgung oleh penulis diatas, dapat
dikatakan kehadiran Islam merupakan suatu yang tidak datang dengan sekejap
datang bagai lampu listrik yang di tekan
stop kontaknya namun dapat di gambarkan sebagai berikut :
·
Demografi wilayah Patani yang merupakan daerah pesisir
berteluk.
·
Keberadaan Langkasuka yang merupakan kerajaan yang terkenal
sejak abad ke-6 M
·
Keberadaan pelabuhan perlidungan dari musim angin kengtujuh
·
Kedatangan Pedagang Arab dan India Muslim
·
Hubungan kekerabatan dengan Campa yang teah terlebih dahulu
memeluk Islam.
A. Lahirnya Kesultanan Patani
Hindu-Buddha yang menjadi agama mayoritas kerajaan-kerajaan
nusanatra hingga abad ke-12 berdampak pada sempitnya ruang gerak penyebaran
Islam keseluruh kepulauan nusanatara.
Keberadaan Patani yang berada di semenajung melayu serta
dekatnya wilayah ini dengan Negeri Siam
dan jauh dari wilayah yang telah menyatakan Islam sebagai agama Negara,
penulis memprediksi sebagai hal yang menghambat pembukaan wilayah Patani
sebagai wilayah Kesultanan Islam.[6]
Namun demikian keberadaan masyarakat Islam di wilayah
Patani telah ada sekitar abad ke 11 M.
hal ini didukung dengan peryataan Zambari A. Malek yang menyatakan bahwa
meskipun Kesultanan Patani baru berdiri
sejak abad ke-15 namun sebagian masyarat Patani telah memeluk agama Islam 300
tahun sebelumnya.[7]
Mengenai awal berdirinya Kesultanan
Patani bermula dari kontak buhungan yang
dilakukan Kesultanan Pasai. Hal ini terdapat tulisan dalam hikayat patani yang
menjelaskan awal mula terbentuknya Kesultanan Patani, dalam tulisannya tersebut
di terangkan bahwa ketika Raja Patani yang bernama Phaya Tu Nakpa sakit ia
mengadakan sayembara untuk kesembuhannya dan berjanji akan dijadikan sang
menantu raja karena raja memilki seorang putri dan dua orang putra, jika
berhasil menyembuhakan penyakitnya.[8]
Sayembarapun terdengar oleh sesorang yang berasal dari
Pasai, ia bernama Syekh Sa’id pada kesempatan itu ia berjanji akan menyembuhkan sang Raja
dengan syarat agar Raja siap menerima Islam sebagai agamanya. Rajapun mau
memenuhi syarat itu dan pada akhirnya Raja sembuh namun demiian Raja
mengingkari perjanjiannya dan pada akhirnya Raja sakit kembali hingga tiga kali
ia merasa sakit pada sakitnya yang kedua ia juga mencari Syekh Said namun Syekh
Sa’id kamu telah ingkar janji hal itu yang
menyebabkan kesembuhanmu yang singkat, perjajnjianpun di buat kembali namun pada sakitnya kali
inipun ia masih ingkar pada akhirnya ia pun sakit kembali.
Pada sakit yang ketiga iapun mencari Syekh Said kembali
namun demikian Syekh Said kembali menjelasakan akan ingkar janji yang dilakukan
sang Raja pada akhirnya perjanjianpun dibuat. Pada sakit yang ketiganya ini
Raja benar mengikuti apa yang di peranjajikan yang kemundian Rajapun memeluk
Islam. Masuknya Raja keagama Islam serentak di ikuti oleh penduduk Patani yang
berkeyakinan bahwa Agama Raja adalah agama rakyat namun masyarakat Patani yang
berada di kejauhan belum menyataka Islam. Dengan Islamnya Raja, rajapun
mengganti namanya dengan nama Sultan Ismail
Syah Zillullah Fil- Alam. Dan setelah itu Sultan memohon agar tiga
anaknya juga di berikan nama.
Anak pertama Sultan Kerub Pacai Paina di beri nama : Sultan Mudhaffar Syah anak kedua Siti Aisyah dan anak ketiganya di beri
Nama Sultan Mansur Syah.[9] Setelah peristiwa itu Sheikh Said di
berikan sebidang tanah untuk rumahnya
dan sekaligus sebagai pusat agama yang di berinama Kampung Pasai yang hingga
kini daerah kampung Pasai masih ada di daerah Patani.
Demikianlah dengan peritiwa itu terjadi yang menandakan
kehadiran sebagai kekuatan baru Kerajaan Patani kearah kegemilangan Kesultanan
Islam Patani.
B. Aspek yang Mendorong Lahirnya Kesultanan Patani
Melihat kronologis yang digambarkan
terdapat aspek-aspek yang mendukung Islamnya Raja Patani, diantaranya :
·
Petemuan wilayah Patani yang telah lama dengan Islam
·
Sayembara Raja
·
Hubungan dengan Pasai
·
Kepandaian Syaekh Said
C. Sultan-Sultanat Patani
a. Pase Awal Kesultanan
Patani
Eksistensi awal berdirinya Kesultanan
Patani ditandai dengan keinginan Phaya Tu Nakpa menjadikan Islam
sebagai asas Negara yang di rundingkan dibalai kerajaan kepada abdi dalam
kraton. Yang hasilnya keinginan Raja tersebut di akomodir oleh seluruh
rakyatnya yang akhirnya dengan upacara yang ringkas berubahlah system Kerajaan
menjadi Kesultanan Patani.
Setelah pernyataan Keislaman Raja Phaya
Tu Nakpa dengan di bantu kehadiran Sheikh Said dari Pasai kemudian hal pertama
yang dilakukan Sultan Ismail Syah 1500-1530, adalah melakukan hubungan yang
baik dengan Negara tetangganya Kesultanan Malaka yang pada waktu Itu di pimpin
oleh Sultan Mahmud Syah (1488-1511). Hubungan yang dilakukan dengan mengirim
Ukun Pola /Sultan Mansur Syah bertemu dengan Sultan Mahmud.[10]
Peristiwa ini di sambut baik oleh
Sultan Malaka dengan memberi balasan yang baik berupa di berikanya Gendang,
Nobat serta Kitab yang di bingkis untuk dibawa kembali ke Patani.
Hubungan bilateral terjalin baik hingga
kekalahan Kesultanan Malaka atas Portugis yang datang dan berhasil memberi
pengaruh pada Kesultanan Malaka. jatuhnya Malaka ketangan Portugis mulai berimbas pada kedatangan Portugis
ke-Patani kehadiran Portugis di wilayah Patani
dengan menyerang Pelabuhan Patani yang mengakibatkan hubungan yang
renggang antara Patani dengan Potugis.[11]
Namun hubungan ini tidak berlanjut lama
Portugis dan Patani pada akhirnya sekitar tahun 1535 hubungan tersebut terjain
baik kembali. Pada era Sultan Ismail Syah ini yang juga amat memikirkan tentang
keamanan Negara di buktikan dengan di ciptakanya tiga Meriam yang dianataranya
adalah Meriam Seri Patani, Seri Negeri dan Mahalela.[12]
Hal ini menandai bahwa pada era Sultan Ismail Syah ia amat menjaga
stablitas keamanan dalam negeri dengan menjaga Hasil Sumberdaya Alam untuk
digunakan untuk kepentingan Negara.
Sultan
Muzaffar Syah (1530-1564M), setelah pada masa ayahnya yang melakukan hubungan dengan
kesultanan malaka pada masanya ia melakukan hubungan dengan Kerajaan Siam pada
masa Raja Maha Chakrapat (1548-1569M). Hubungan dilakukan dengan kunjungan
Muzaffar ke Siam selama dua Bulan lamanya seteah sekian lama ia memohon izin
untuk pulang dan di hadiahi 60 orang tawanan Pegu,Burma dan 100 orang Tawanan
Lan Xang, Laos untuk dibawah pulang robongan Patani.
Dengan peristiwa tersebut terjalinlah
hubungan yang baik anatara Patani dengan Kerajaan Siam. Sekitar tahun 1560M
hubungan itu terjalin masih baik dimana
tatkala diserangnya Kerajaan Siam oleh Kerajaan Burma Patani berkehendak mengirim
bantuan dengan mengadakan 200 buah perahu dan 1000 orang pejuang dan 100 wanita
untuk membantu Siam. Namun sesampainya di Siam Pasukan yang dibawa oleh Sultan
Muzaffar Syah malah berubah pikiran untuk menyerang Ayuthaia peristiwa ini di
sebut dengan Mahrum ke Siam.[13]
Peristiwa ini memang cukup
mencengangkan dimana sekali dalam perjalan Kesultanan Patani yang berhasil
Masuk kewilayah Siam dan Menyerang Ibukotanya. [14]
Pada perkembanagan selajutnya tapuk kepemimpinan
Kesultanan Patani dipimpin oleh adik dari Sultan Muzaffar Syah, Sultan
Mansur Syah1564-1572M. era kepemimpinannya diiringi dengan rekontruksi
hubungan Kesultanan Patani dengan Kerajaan Siam setelah peristiwa Mahrum ke
Siam. Dimulai dengan mengirim duta kepada Kerajaan Siam dari anak Seikh
Syafiuddin untuk memulai hubungan yang baru dengan Kerajaan Siam hubungan itu
berjalan baik kembali dan ahkirnya hubungan Bilateral kedua Negara berjalan
lancar. Setelah itu tak lama setelah delapan tahun memerintah Sultan Mansur
Syah Meninggal dunia dan digantikan oleh anak dari kakanya yang bernama Sultan
Patik Siam 1572-1573M. yang baru berusia Sembilan Tahun yang pada
akhirnya mati terbunuh kalangan kerajaan sendiri. Sepeninggalnya Sultan
Patik Siam Patani dipimpin oleh Sultan Bahadur Syah 1573-1584M. anak
dari Sultan Mansur Syah memimpin ketika berumur sepuluh tahun namun berakhir
sama degan terbunuh oleh saudara sebapak
dari sultan sendiri yang terhasut oleh kalangan kerajaan.
b. Patani Masa Sultanat
Dengan habisnya keturunan laki-laki
dari para sultan, Kesultanan Patani mengalami benturan dengan system
pemerintahan yang mengharuskan keturunan laki-lakilah yang boleh menjadi
peimpin di Kesultanan.
Namun demikian Dalam keadaan tersebut
para pembesar negeri berdialaog[15] dan akhirnya memilih salah satu dari
tiga keturunan Sultan Mansur Syah yang
merupakan Perempuan. Masa kepemimpinan Pemerintahan Perempuan ini di catat
sebagai puncak kejayaan Kesultanan Patani.
Zaman keemasan ini berlangsung ketika diperintah oleh empat
orang Raja perempuan yaitu Raja Hijau
(1584-1616), Raja Biru (1616-1624), Raja Ungu (1624-1635) dan Raja Kuning (1635-1651). Patani pada zaman
Ratu-ratu sangat makmur dan kaya. Patani muncul sebagai pusat perdagangan
penting dan menjadi pintu masuk bagi para pedagang yang hendak pergi ke Cina
dimana saat itn Patani memiliki hubungan perdagangan
dengan semua negeri di Asia Tenggara.
Selain besar dalam kekuatan ekonomi Patani juga ditunjang oleh kestabilan
politik dalam negeri yang membuat Patani
dihormati oleh negari-negeri seberang
mereka seperti kerajaan di semenanjung Melayu Pahang dan Johor Baru, termasnk
kerajaan Ayudhya. Perdagangan Patani
terus meluas hingga mencapai daerah-daerah nusantara; Palembang, Aceh,
Batam, Batavia (Jakarta), Makasar hingga
Ternaate.[16]
Masa kepemimpinan Raja Hijau di
ditandai dengan pembangunan ssosial-ekonomi dengan menciptakan galian terusan
dan usaha menawarkan di Sungai Jembatan Kedi guna dipergunakan untuk minum dan
pertanian. Selain itu, dibangun juga budidaya ikan melalui empang atau kolam
perniagaan juga merupakan hal yang diutamakan. Hal ini, menurut Ferdinan Mendez
Pinton pada tahun 1958, terdapat pedagang dari Jepang yang menguasai perdagangan
di Patani. Pada tahun 1952, hubungan diplomatik antara Jepang dan Patani
diperkuat dengan kiriman barang-barang dan surat resmi dari Maharaja Shogun
Tokugawa Yeyashu (1542-1616) melalui hubungan diplomatik dan kunjungan balasan
dari Raja Hijau ke Jepang.
Tak hanya dengan Jepang hubungan Patani
pun dijalin dengan Belanda dimulai pada 7 November 1601 melalui Yakob Van Nek.
Hubungan diplomatik terjalin hingga 1631 dengan pengarah-pengarah Belanda di
Patani, pengarah terakhir Belanda yang bernama Germane Fredrickksz Druijf.
Selain itu juga, hubungan Patani dijalani dengan Inggris pada tanggal 22 Juni
1612 oleh pelaut Inggris yang bernama Peter W. Floris yang mengaku telah
membawa surat resmi dari James I, Raja Inggris. Hubungan ini terjalin hingga
1623 dengan pengarah terakhir Inggris di Pattani yang bernama Jhon Jourdian Jr.
Pada tahun 1616, Raja Hijau meninggal
dan digantikan oleh Raja Biru yang memimpin hingga tahun 1624. Ketika itu Raja
Biru berumur 50 tahun dan ia memimpin selama 9 tahun, masa kepemimpinanya dia
telah berjasa dengan memperbaiki Terusan Tambangan. Selanjutnya pada masa ini
terjadi persaingan antara Inggris dan Belanda di Pattani. Yang dimulai pada 14
Desember 1618 kapal Belanda ditawan oleh angkatan laut Sir Thomas Dell yang
diakhiri dengan penutupan Bandar Loji Belanda di Patani pada tanggal 1 Januari
1623. Setelah masa kepemimpinan Raja Biru digantikan oleh adiknya Raja Ungu (1624-1635). Semasa
kepemimpinannya ia lebih berhubungan dekat dengan Kesultananan Melayu dan lebih
memusuhi Siam yang menyebabkan peperangan besar semasa Raja Pranang Chao Yang.
Pada kelanjutannya ternyata Belanda dan
Kerajaan Siam bersekutu untuk menguasai Patani. Pada tanggal 16 Mei 1634
dilancarkan serangan ke Patani atas persekutuan Siam-Belanda di karenakan perbekalan
tentara Siam yang kurang membuat mereka mundur ke wilayah Singgora. Pada tahun
1636 Siam melancarkan serangan kembali, namun peperangan ini diakhiri dengan
perjanjian damai. Setelah itu pada tanggal 6 Agustus 1636 terdapat perwakilan
dari Patani ke Siam untuk perjanjian damai antara Patani dan Siam dan akhirnya
hubungan bilateral terjalin kembali. Setelah peristiwa panjang tadi, Raja Ungu
meninggal dan digantikan oleh Raja Kuning yang memimpin antara
tahun 1635-1686. Pada masa kepemimpinan Raja Kuning, dia lebih mengutamakan
usaha dalam negerinya dengan mendirikan Sarekat Perdagangan Diraja Pattani.
Hubungan baik dilalukan dengan baik oleh Raja Kerajaan Patani Dan Kesultanan
Johor. Menjelang akhir pemerintahan Raja Kuning kegemilangan Imperium Melayu
Islam mengalami kemunduran. Selain kemelut politik di dalam akibat
perselingkuhan dengan Penari istana selain itu terdapat persengketaan dengan
negeri siam, karena usia dari Raja Kuning telah tua akhirnya Raja Kuning mundur
dan berlindung di Kota Jimbal. ketika itu dipimpin oleh Sakti I Indera Atau
Long Betong Raja Patani Klantan. Selanjutnya Raja Kuning pun mangkat dan
mengakhiri Seri Wangsa penggagas Kesultanan Patani.
c. Kesultanan Patani Di bawah Dinasti Kelantan
Seperti yang telah disingung diatas bahwa
setelah wafatnya Raja Kuning menandai habisnya sari wangsa keturunan dari
penggagas Kesultanan Islam Patani dari Phaya Tu Nakpa. Namun demikian
eksistensi Kesultanan Patani tidak terhenti sampai disitu.
Berdasarkan perundingan yang dilakukan
oleh para pembesar Kesultanan Patani setelah menimbang tidak adanya keturunan
yang pas untuk meminpin Kesultanan Patani pada akhirnya diputuskan bahwa
keturunan dari Raja-raja Kelantan yang tinggal di Kampung Raja Bakal untuk
menggantikan Raja Kuning untuk memimpin Kesulatanan Patani.[17]
Hal yang demikian menandakan dimulainya
Dinasti Kelantan memimpin Kesultanan Patani, awal mula kepemimpinan Dinasti Kelantan dipimpin oleh Raja
Bakar dan selanjutnya Raja
Mas Kelantan yang memimpin patani beberapa tahun dan pada perkembangan
selanjutnya kepemimpinan dipegang oleh putranya setelah wafatnya Raja Mas
Kelantan. Yaitu Raja Mas Jayam namun ia
tidak meninggalkan seorang pewaris tahta, musyawarah pembesarpun dilakukan dan
memilih Sultan Muhamad memimpin
Kesultanan Patani.
Pada masa awal tiga Raja Kelantan,
keadaan kesultanan sangatlah tenang dan aman tidak pernah diserang oleh
musuh-musuhnya terutama orang-orang Siam Thai akan tetapi kesultanan mengalami kemunduruan di bidang
perniagaan dimana ketika Patani Di Pimpin oleh para Seri Wangsa Pelabuhan di
patani diisi oleh para saudagar dari Eropa dan hanya di isi oleh Sauadagar dari
China, Arab Jepang serta India Muslim.[18]
Kontak fisik dengan negeri Siam tidak
terjadi selama kepemimpinan raja-raja tersebut dikarenakan terdapat serangan
Burma terhadap Siam anatar tahun 1767-1776 M.
setelah masa perang berlangsung
Raja Muda Siam berniat mengirim utusan kepada Patani namun Sultan
Muhammad telah mempersiapkan diri untuk menolak kehendak Raja Siam tersebut.
Hal ini memacing perperangan /kontak
langsung antara Siam dengan Patani namun
persiapan Sultan Muhamad yang kurang baik dari segi Peralatan tempur dan Sumber
daya manusia menyebabkan kalahnya Kesultanan Patani atas Siam dan setelah itu
Undang-undang kesultanan berganti dengan perunadang-undangan Siam. Dan
menentukan seorang Sultan yang bernama Tengku Lamidin. Hal ini menandai Hak Penuh Siam atas Patani.
Meskipun demikian Sultan Lamidin yang
diangkat oleh Siam itu memiliki rasa nasionalisme yang tinggi atas tanah
kelahirannya yang telah terjajah bangasa Siam hingga pada tahun 1789 Sultan
Lamidin Mengutus utusanya kepada
Raja Annam (Vietnam) untuk berkerjasama melawan Siam namun surat yang dikiriim
oleh utusanya malah di berikan kepada Raja Siam yang mengakibatkan Marahnya
Raja Siam dan pada akhirnya pada tahun 1791 Patani mendaat serangan kembali
oleh Kerajaan Siam dan akhirnya mengalami kekalahan. Dan akhirnya Siam memilih
pembesar melayu Patani kembali yaitu Datuk
Pangkalan sebagai pemipin Dipatani.
Datuk Pangkalanpun membelot dari aturan
yang telah ditetapkan Siam dan pada akhirnya Patani mengalami Kekalahan dan
pada perlawanan ini pula menadai
berakhirnya kepemimpinan bangsa melayu atas Patani karena setelah itu
kerajaan Siam menaruh orang Siam untuk pemimpin Patani yang bernama Nai Khuan
Sai.
Pada perkembaangn selajutnya untuk
memecah kosentrasi persatuan Bangsa kesutanan Patani. Patani dibagi menjadi
enam wilayah yang masing masing memiliki pemimpin dianataranya[19] :
1. Tuan Sulong diangkat menjadi Raja
Patani di tempatkan di Kota Griseik.
2. Tuan Nik diangkata menjadi Raja Nongiek
ditemapatkan di Kota Nongchik.
3. Tuan Mansur diangkat menjadi Raja Reman
ditempatkan di Kota Baharu.
4. Tuan Jalur diangkat menjadi Raja Jalur ditempatkan di Kota Jala
5. Nik Dah
diangkat menjadi Raja Legeh ditempatkan di Kota Legeh
6. Nik Dih diangkat menjadi Raja Sai
ditempatkan di Kota Jerenga.
INTEGRASI KESULTANAN PATANI KEPADA
KERAJAAN SIAM
A. Kesultanan Patani Setelah Masa Datuk Pangkalan
Seperti
yang telah penulis Paparkan eksisitensi Kesultanan Patani berakhir dengan
hilangnya otoritas Kesultanan Patani dalam memilih sultannya. Terpilihnya Sultan Lamidin sebagai pemimpin Patani telah menjadi
kesalahan bagi Siam karena pemimpin yang baru dipilih oleh Siam tersebut
tidak membawa postif bagi pemerintah
Siam di Patani karena Datuk Lahmidin
memberontak terhadap Siam denggan bantuan dari Raja Annam (Islam) dan bantuan
Okphaya Cho so dan dibantu Syaikh Abdul Kamal ( Ulama dari Makkah)untuk
menyerang tentara siam namun meengami
kegagalan dan memperburuk keadaan Patani.[20]
Karena
setelah itu Patani dipimpin kembali oleh
orang yang dipilih langsung dari Kerajaan Siam. Datuk Pangkalan namun setelah
terpilihnya Datuk Pangkalan juga melancarkan pemberontakan yang akhirnya patani
dipecah kedalam tujuh wilayah administrative guna mencegah konsentrasi pemberotakan terhadap kerajaan
Siam.
Tidak
puas menguasai wilayah Patani, pada tahun 1821, Siam kemudian menyerang pula Kedah dan memaksa Sultan Abdnllah - raja
Patani, melarikan diri ke Pulang Pinang. Tujuan dari penyerangan hi adalah untuk mengurangi
kekuasaan dan pengaruh Melayu di wilayah
Patani. Kenyataan ini mengakibatkan kekosongan jabatan raja di Patani. Pada masa tahun 1817 hingga tahun 1842, Patani telah
diperintah oleh sekurang-kurangnya dua orang Raja Melayu. Orang yang pertama
memegang jawatan itu ialah Tuan
Sulong, anak Raja Bendahara
Kelantan, Long Jenal. Tuan Sulong yang bergelar Haji memegang jabatan hingga
tahun 1832. Tuan Sulong kemudian disingkirkan karena terlibat dalam kebangkitan anti-Siam dalam
tahun 1831. Gerakan anti-Siam mendorong pihak
kerajaan melakukan upaya-upaya
penyingkiran raja dan tokoh Patani yang bertujuan tetap membuat kerajaan Patani dalam
suasana kacau yang pada akhirnya
melemahkan kekuatan- kekuatan
sentrifugal anti-Siam agar tidak dapat bergerak leluasa.
Situasi
Patani semakin terpojok dm dipinggirkan dengan diadakannya perjanjian antara pihak
kerajaan Inggris dengan Kerajan
Siam dalam hal pembagian wilayah. Situasi politik regional akibat adanya
kolonisasi Eropa di wilayah Asia mendorong Siam kemudian mendekonstruksi
wilayah kekuasaan mereka untuk
membendung arus imperialis yang ingin menguasai wilayah Semenanjung. Terlebih
wilayah seperti Klantan, Kedah, Trengganu, dan patani yang dinilai amat baik
untuk wilayah pelabuhan eonomi dan pangkalan perang Inggris.
Takmau
berdamapak panajang akibat sengketa Inggris dan Siam pada Akhirnya Inggris
Memberikan hak atas Patani melalui
perjajiang Inggiris Siam pada tahun 1902.
Periode
|
Konteks
|
Sejarah
|
Pelaku
|
1786
|
Patan Di serang
Kerajaan Cungkri ( Siam )
|
Selepas
Phaya Takshin mengusai Ayuthaia 1776, ia mengalihkan perhatianya mengusai
selatan semenanjung dengan mengusai Lingor , Shongkla dan Puttalung.
Kerajaan
Melayu Patani berhasil di kuasai Kerajaan Cungkri (Siam) pada tahun 1786
|
Phaya
Cakhri memerintah adiknya , Putra Surrasi, dengan dibantu oleh pharaya Sunaputan., Gobernur Puttalung, Palatcana, dan Songkla,supaya
menyerang Patani tahun 1785.namun Raja Patani
mengami ke gagalanmenahan serangan Siam
|
1808
|
Kerajaan
Melayu Patani di Pecah menjadi tujuh wilayah
|
Pemberonkan dari
tokoh-tokoh Melayu dapat
dipatahkan dengan Siam dengan mcndapat
bantuan kerajaan pusat di Bangkok
kemudian Kerajaan Melayu Patani
dipecahkan kepada 7
buah negeri atau hua-muang untuk melemahakan melayu Patani.
7 buah wilayah yang dipicah :
1. patani tuan Sulong
2. Teluban Nik Dir
3. Nonchik Tuan Nik
4. Jalor Tuan Yalor
5.
Jambu Nai Pai
6. Rangae Nik Dah
7. Reman Tuan Mansur
|
I.
Sultan Muhammad Kalah dalam pertempuran dengan dengan pihak Siam. Akiabat
kekalahan itu, sebanyak 4000 orang melayu Patani telah dijadikan tawanan dan
dibawa ke Bangkok sebagai Tawanan.
II.
Tengku Lamidin telah bersatu dengan Raja Annam yang beragama Islam, Okphaya
Cho So, dan pemberontak serta menyerang kedudukan tentara Siam di Tiba,
Chanak, Songkla dan Saiburi. Dalam kebangkitan itu, Tengku Lamidin telah di
Bnatu oleh Sheikh Andul Kamal dari makkah, tetapi gagal.
III. Padatahun 1808 datuk Pangkalan
juga bangkit menentang Siam. Wwalau bagaimanapun, semua pemberontakan yang
telah dilakukan tokoh-tokoh Patani dapat di Patahkan oleh Siam.
|
1838
|
Kebangkitan Islam
|
kcjadian dipicu
olch keadaan yang tidak mendukung kesejahteraan Rakyat Patani
usaha ini dilakkan untuk
menggembalikan kembali kekuasaan raja dan kedaulatan Patani yang diambil
Siams
|
Kekecewaan
tokoh-tokoh patani terhadap Raja Rama III yang melakukan Pelantikan Gubernur
kepada tujuh wilayah Patani agar menyokong Pemerintahan Siam agar menjadi
Kokoh
|
1896
|
Perubahan kebijakan
Pemerintahan daerah dalamupaya
mendapat dukungan material dengan meminta
upeti lebih yang di berlakukan oleh raja Culalongkorn
|
Rancanagan pembagian wilayah
berdasarkan system Thessphiban. Dibawah Kerajaan negeri melayu tidak lagi
mempunyai kuasa otonomi dan dengan itu juga raja-raja melayu akan kehilangan
kedaulatan mereka. System tesaphiban: pembagian wilayah yang disusun dalam
satu unit yang dikenali sebagai daerah-daerah , tiap-tiap daerah ini dipimpin
oleh suatu dewan perwakilan (khaluang thesaphiban) yang bertangungjawaban
kepada menteri yang bertanggung jawab kepada menteri dalam negeri. Dibawah
system ini juga, semua Kki tangan kerajaan dari atas sehingga kepaling bawah
dibayar dengan gaji kerajaan.
|
Raja
Chulangkorn memberlakukan Sistem Thesaphiban sebagi akibat pergolakan yang
terjadi di asia Tenggara tahun 1890 dimana mulai beruasanya Penjajah Inggris
dan Prancis yang mengancam wilayah Integritas Siam
|
1908
|
Kerajaan
melayu berusaha melakukan pemberontakan terhadap siam
|
Raja
dan petinggi kerajaan Patani menolak kehadiran pegawai kerajaan Siam dan
pegawai-pegawainyha karena dianggap ikut campur tangan teralu dalam mengeani
urusan pembagian wilayah negeri-negeri Patani diberlakukannya peraturan
wilayah nomor `20 yang bertujuan memperkokoh penguasaan kerajaan siam atas
wilayah patani yang berbuntt pada penangkapan raja-raja melayu termasuk
dianataranya Tengku Abdul Kadir tahun 1902
|
Tengku
Abdul Kadir merancang untuk memberontak pada akhiroktober, 1901 selepas
perbekalan dan peluru tiba dari Singapura, Upaya pemberontakan ini didukung
oleh negeri Islam Lain.
|
[1] Wiphusana
Kalimanee, Thesis “ The Need to Improve Population and Resouce Control in
Thailand’s Counterinsurgency, California : Naval Postgraduate School.2008. pdf.
Hlm. 4.
[2] Nik
Anuar Nik Mahmud, Sejarah Perjuangan Melayu Patani1785-1954.Bangi : University
Kebangsaan Malaysia. 1999.Pdf hlm. 6.
[3] Mohd
Zamberi A. Malek, Umat Islam Patani Sejarah dan Politik. Selangor Darul Ehsan ;
Hizbi Syah Alam. 1993. Hlm. 25
[4] Prof. Dr. Azyumardi Azra, M.A, Ed, Ensiklopedi Tematis
Dunia Islam, Asia Tenggara, Jakarta. 2002. Hal 466
[5] Siti Maryam, Eds., Sejarah Peradaban Islam Dari Masa
Klasik Hingga Modern, (Yogyakarta: Lesfi, 2004), hal. 332
[6] Dengan
adanya kerajaan Hindu-Buddha yang besar secara tidak langsung mempengaruhi
geopolitik kawasan asia Tenggara, Sebagaimana telah di singgung Penulis bahwa
langkasuka merupakan daerah yang pernah di kuasai oleh Kerajaan Sriwijaya
sebelum ditaklukannya Sumatra oleh Majapahit.
[7] Mohd
Zamberi A. Malek, Umat Islam Patani Sejarah dan Politik. Selangor Darul Ehsan ;
Hizbi Syah Alam. 1993. Hlm. 25
[8] A.
Teeuw D.K.Wyatt, The History Of Patani. Koninklijk Intutuut Voor Taal,Land – En
Volkenkude. 1970. Jilid 5 Hlm. 148
[9] Mohd
Zamberi A. Malek, Umat Islam Patani Sejarah dan Politik. Selangor Darul Ehsan ;
Hizbi Syah Alam. 1993. Hlm. 31
[10] Sultan
Ismail Syah mengirim Putra dari Saikh Said
sebagai duta Kesultnan Patani untuk mengirim surat eksistensi keberadaan
Kesultanan Patani di wilayah Utara Malaka.
[11] Mohd
Zamberi A. Malek, Umat Islam Patani Sejarah dan Politik. Selangor Darul Ehsan ;
Hizbi Syah Alam. 1993. Hlm. 37
[12] Peristiwa
Penciptaan tiga meriam ini dilakukan
melalui politik dagang /penghentian eksport biji besi ke Negara lain. Ada
sebuah kisah yang menyebutkan bahwa ketika kebijakan enghentian eksport biji
besi terdapat pedagang dari Sumatra yang melakukan pembeiian dengan melalui
Pasar gelap namun peristiwa ini di ketahui Sultan dan pada akhirnya pedagang
yang melekukan jual beli tersebut di
hokum mati dan di kuburkan di Patani.
[13] Mohd
Zamberi A. Malek, Umat Islam Patani Sejarah dan Politik. Selangor Darul Ehsan ;
Hizbi Syah Alam. 1993. Hlm. 39
[14] Ibid,
peritiwa ini dikatakan sebagai peristiwa
yang amat membanggakan karena setelah peristiwa itu Kesultanan Patani tidak
pernah menyerang kerajaan Siam hingga
pusat Ibu Kotanya.
[15] Hal ini
menandai untuk kesekiankalinya tradisi Musyawarah di terapkan dalam
kepemimpinan di Kesultanan Patani
[16] P.Rudolf
Yuniarto, Integrasi Muslim Patani: Reidentitas Sosial atas Dominasi “Nasional
Thailand. LIPI, Internet Format PDF.
Hlm. 5
[18] Ibrahim
Syukri, Sejarah Kerajaan Melayu Patani. Bangi : Universiti Kebangsaan Melayu.
2002. Hal 67
[19] Ibrahim
Syukri, Sejarah Kerajaan Melayu Patani. Bangi : Universiti Kebangsaan Melayu.
2002. Hlm.81
[20] P.Rudolf
Yuniarto, Integrasi Muslim Patani: Reidentitas Sosial atas Dominasi “Nasional
Thailand. LIPI, Internet Format PDF.
Hlm. 7
[21] P.Rudolf
Yuniarto, Integrasi Muslim Patani: Reidentitas Sosial atas Dominasi “Nasional
Thailand. LIPI, Internet Format PDF.
Hlm.10
[1] Tim
Glosior Internasional, Negara dan Bangsa jilid III, Jakarta: PT. Ikrar Mandir.
2003. Hlm.l 178.
No comments:
Post a Comment