Tuesday, 25 August 2015

ANTARA KEBENARAN DAN TUNTUTAN HIDUP

Apa yang anda pikirkan ketika anda berlaku baik
bukankah akan ada kedamaian?
ya... kedamaian
dimana tak ada perasaan bersalah akan sesuatu yang telah anda dilakukan
kebenaran menuntun pada rasa keadilan
menenangkan jiwa

Namun apakah semua akan berjalan semenenangkan apa yang anda pikirkan
saat benturan akan keadaan membuat diri anda berlaku bohong
membohongi diri akan kebenaran
akan ketidak yakinan hati
dan ketidak percayaan hidup

pernahkah anda melawanya dengan kata "Tidak"
lalu kemudian ber ucap dengan lantang ini adalah kesalahan
bukan kebenaran yang harus anda lakukan

apakah rasa akan terasingkan membawa hidup anda pada titik nyaman
akan kebenaran hidup
prasaan hati tidak akan mengelak akan kebenaran
kebenaran akan ucapan
kebenaran akan tindak
kebenaran akan kehidupan

jika kenyamanan menggelapkan hati anda akan terangnya kebenaran
maka pertanyakan pada hati anda
sejauh mana anda akan begerak
lalu teriakan bahwa anda benar-benar "nyaman" akan hidup anda.

NOMOR KONTAK BASARNAS DAN ZONA WILAYAH BASARNAS



ZONA WILAYAH BASARNAS



ALAMAT DAN NOMOR TELEPON BASARNAS
Lokasi Kantor SAR
Alamat
Telpon
Fax
BASARNAS Pusat
BALAI DIKLAT
Jl Angkasa B 15 Kav 2-3, Kemayoran, Jakarta Pusat
+6221-65867510
+6221-65867511
+6221-65701184
+6221-65867512
+6221-65701184
Jakarta
Bandara Soekarno Hatta, Gedung 628, Tangerang Banten
+6221-5501512
+6221-5501512
Banda Aceh
Jl Sultan Maliki Saleh Lhong Raya, Banda Aceh
+62651-33876
+62651-7410234
+62651-21324
+62651-21327
+62651-33876
Medan
Jl Bunga Sedap Malam No.9
+6261-4553111
+6261-8225111
+6261-4569040
+6261-8225111
Padang
Jl By Pass KM 25 Anak Air Batipuh, Padang
+62751-484763
+62751-484533
+62751-484767
+62751-484534
+62751-484533
+62751-484764
Banjarmasin
Jl A Yani KM 28,5 Banjarbaru, KalSel
+62511-4707856
+62511-4707911
+62511-4707881
+62511-4707856
+62511-4707911
62511-4707881
Pekanbaru
Jl Bandara Sultan Syarif Qasim II Pekanbaru, Riau
+62761-674821
+62761-676758
+62761-679991
+62761-676758
+62761-674818
+62761-679991
Ambon
Jl. Dr. J. Leimena, Hative Besar - Ambon 97236
+62911 - 323744
+62911 - 323782
Palembang
Jl Akses Bandara S.Mahmud Badaruddin II Palembang
+62711-355111
+62711-418372
+62711-417602
+62711-357494
Timika
Jl. Yos Sudarso Km. 5 Timika - Papua
+62901-3125190
+62901-3125189
Manado
Jl. Worang ByPass Manado-Bitung, Desa Kaasar Kecamatan Kauditan

Kabupaten Minahasa Utara
+62438 - 51995
+62438 - 52189
Lampung
Jl. Alamsyah Ratu Prawira Negara KM. 27
Bandara Raden Inten II Lampung Selatan - Lampung
+62721 - 7697027
+62721 - 7697026
Pontianak
Jl. Adisucipto KM. 15,6 Kab. Kubu Raya Kalimantan Barat
+62561 - 721234
+62561 - 721234
Bandung
Jl. Raya Bandung - Garut KM. 27, Desa Sindang Pakuon, Kab. Sumedang – Jawa Barat
+6222 - 7780437
+6222 - 7780437
Gorontalo
Jl. Pangeran Hidayat II Kel. Pulubala Kec. Kota Tengah Kota Gorontalo
+62435 - 828469
+62435 - 828469
Source :
www.basarnas.go.id
https://id.wikipedia.org/wiki/Badan_SAR_Nasional



Monday, 24 August 2015

APA ITU BASARNAS

Beberapa tahun belakangan Indonesia sering tertimpa bencana dan musibah yang banyak mengeluarkan tangis air mata bagi korban yang tertimpa. Terlebih bagi korban yang tertimpa musibah bencana hingga berhari-hari terutama akibat hilangnya nyawa atau tidak ditemukannya jasad korban.

Ditengah keadaan itu, amatlah diperlukan tim penolong yang menjadi ujung tombak kepastian korban untuk dapat terselamatkan atau tertolong.  Akhir-akhir ini juga keberdaan tim penolong tersebut mulai dikenal masyarakat, hal ini didorong peran media yang memberitakan pencarian yang dilakukannya. Tim penolong tersebut adalah BASARNAS yang merupakan kepanjangan dari (Badan SAR Nasional). 

Untuk mengetahui lebih dalam mengenai Basarnas, penulis mencoba mengenalakan Basarnas kepada khalayak apa itu Basarnas :

Basarnas lahir dari kebutuhan penting akan sebuah lembaga penolong yang di akomodasi pemerintah sebagai pengatur regulasi administratif disuatu negara. Hal ini merupakan jawaban terhadap penyebutan bagi negara yang tidak memiliki organisasi SAR, dengan penyebutan "Black Area" bagi suatu negara yang tidak memiliki organisasi SAR.

Dengan berbekal kemerdekaan, maka tahun 1950 Indonesia masuk menjadi anggota organisasi penerbangan internasional ICAO (International Civil Aviation Organization). Sejak saat itu Indonesia diharapkan mampu menangani musibah penerbangan dan pelayaran yang terjadi di Indonesia.

Sebagai konsekwensi logis atas masuknya Indonesia menjadi anggota ICAO tersebut, maka pemerintah menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 5 tahun 1955 tentang Penetapan Dewan Penerbangan untuk membentuk panitia SAR. Panitia teknis mempunyai tugas pokok untuk membentuk Badan Gabungan SAR, menentukan pusat-pusat regional serta anggaran pembiayaan dan materil.

Sebagai negara yang merdeka, tahun 1959 Indonesia menjadi anggota International Maritime Organization (IMO). Dengan masuknya Indonesia sebagai anggota ICAO dan IMO tersebut, tugas dan tanggung jawab SAR semakin mendapat perhatian. Sebagai negara yang besar dan dengan semangat gotong royong yang tinggi, bangsa Indonesia ingin mewujudkan harapan dunia international yaitu mampu menangani musibah penerbangan dan pelayaran.

Dari pengalaman-pengalaman tersebut diatas, maka timbul pemikiran bahwa perlu diadakan suatu organisasi SAR Nasional yang mengkoordinir segala kegiatan-kegiatan SAR dibawah satu komando. Untuk mengantisipasi tugas-tugas SAR tersebut, maka pada tahun 1968 ditetapkan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor T.20/I/2-4 mengenai ditetapkannya Tim SAR Lokal Jakarta yang pembentukannya diserahkan kepada Direktorat Perhubungan Udara. Tim inilah yang akhirnya menjadi embrio dari organisasi SAR Nasional di Indonesia yang dibentuk kemudian.

Pada tahun 1968 juga, terdapat proyek South East Asia Coordinating Committee on Transport and Communications, yang mana Indonesia merupakan proyek payung (Umbrella Project) untuk negara-negara Asia Tenggara. Proyek tersebut ditangani oleh US Coast Guard (Badan SAR Amerika), guna mendapatkan data yang diperlukan untuk rencana pengembangan dan penyempurnaan organisasi SAR di Indonesia.
Perkembangan BASARNAS tidaklah seperti membalikan telapk tangan hingga berbentuk mapan seperti saat ini. Sejak tahun 1950 Basarnas bertranspormasi melalui perubahan nama bagi lembaga ini juga atas wewenang dan peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah.
Berdasarkan hasil survey tersebut ditetapkan Keputusan Presiden Nomor 11 tahun 1972 tanggal 28 Februari 1972 tentang pembentukan Badan SAR Indonesia (BASARI). pada tahun 1979 melalui Keputusan Presiden Nomor 47 tahun 1979, Pusarnas yang semula berada dibawah Basari, dimasukkan kedalam struktur organisasi Departemen Perhubungan dan namanya diubah menjadi Badan SAR Nasional (BASARNAS).
Berdasarkan kajian dan analisa kelembagaan, sesuai dengan perkembangan dan tuntutan tugas yang lebih besar, pada Tahun 2007 dilakukan perubahan Kelembagaan dan Organisasi BASARNAS menjadi Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND), yang diatur secara resmi dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 99 Tahun 2007 tentang Badan SAR Nasional. Sebagai LPND, BASARNAS berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden.

Pada Perkembangannya, sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 39 tahun 2009, sebutan LPND berubah menjadi Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK), sehingga BASARNAS pun berubah menjadi BASARNAS (LPNK).

Sebagai LPNK, BASARNAS secara bertahap melepaskan diri dari struktur Kementerian Perhubungan. Namun hingga Tahun 2009, pembinaan administratif dan teknis pelaporan masih melalui Kementerian Perhubungan. Selanjutnya per Tahun 2007 BASARNAS (LPNK) akan langsung bertanggung jawab ke Presiden melalui  Sekretariat Negara (Setneg).


Source :
Website basarnas versi 1, www.basarnas.go.id

Tuesday, 4 August 2015

Menengok Cahaya Islam di Teluk Bintuni Utara, /Minoritas Muslim Papua




 Masjid Tomu

Membicarakan Papua Barat, pada umumnya masyarakat akan menyebutkan Sorong sebagai kota  besar yang ada di bagian barat Pulau Papua wilayah Indonesia meskipun Manokwari sebagai Ibu kota  Provinsinya dan Fak-fak sebagai kabupaten yang di dominasi penduduk yang beragama Islam, maklum adanya  Papua terkenal dengan wilayah Indonesia yang penduduknya mayoritas beragama Kristiani. 
                                       
Namun ketika dipaparkan sembilan kerajaan Muslim Papua Seperti : Kerajaan Waigeo, Kerajaan Misool, Kerajaan Salawati, Kerajaan Sailolof, Kerajaan Fatagar, Kerajaan Rumbati yang terdiri dari (Kerajaan  Atiati,  Sekar, Patipi, Arguni, dan Wertular),  Kerajaan Kowiai /Namatota, Kerajaan Aiduma dan Kerajaan Kaimana. Masyarakat akan bertanya-tanya apakah benar di Papua ada kerajaan-kerajaan muslim? Sejak kapan muslim masuk wilayah Papua? Dana bagaimana keadaan muslim papua saat ini ?

Berdasarakan sumber tradisi lisan dari keturunan-keturunan raja-raja di Raja Ampat-Sorong, Fak-fak, Kaimana dan Teluk Bintuni-Manokwari. Islam masuk ke tanah papua jauh sebeklm agama lain masuk kewilayah ini.  Dipercaya Islam masuk ke wilayah Papua sejak pertengahan abad ke- 15 M ditandai dengan  datanganya Mubaligh asal Aceh yang bernama Abdul Gafar pada tahun 1360 M yang berdakwah selama 14 tahun hingga ia wafat ditahun 1374 M  yang kemudian dimakamkan di belakang masjid Kampung Rumbati tahun 1374 M.

Namun yang menjadi kepercayaan umum, kehadiran Islam di tanah Papua dipengaruhi oleh keberadaan jalur perdagangan rempah-rempah dari wilayah Indonesia-Timur hingga kebelahan dunia barat dan juga dipengaruhi dengan adanya eksistensi keberadaan Kerajaan Islam Ternate, Tidore dan Bacan  di barat pulau papua yang menyebarkan Islam  ke wilayah Papua kehususnya wilayah pesisir bagian barat pulau Papua pada perengahan abad ke-15. Membicarakan sejarah panjang Islam Papua tidaklah cukup untuk diceritakan dalam satu atau dua buku karena sedikitnya sumber tertulis yang menceritakannya.

Menginat perjalanan saya ke tanah Muslim Papua khususnya wilayah Kabupaten Teluk Bintuni bagian Utara terhitung sejak akhir Januari hingga akhir Februari 2015, Begitu mengagumkan memang ketika saya pertama kali menginjakan kaki di tanah ini, dengan keadaan iklim yang tidak begitu panas,  langit biru yang begitu cerah, tak ada lalu-lalang kendaraan dengan asap kenalpotnya, hingga hutan Bakau begitu asri dan luas hingga diakui dunia  pada pertengahan bulan Februari 2015 lalu, hasil panen udang begitu berlimpah sepanjang tahunnya, dan keramahan warga asli Papua dalam menerima tamunya. Merupakan  kenangan yang tak terlupakan bagi saya.

Satu kalimat yang tertanam di dalam benak saya dan terkenang hingga saat ini.  Ketika salah seorang penduduk asli Papua mengatakan bahwa masyarakat Papua secara Philosofis  dapat dikatakan layaknya sebuah pohon sagu yang berduri dan kasar namun  dibalik kasarnya pohon terdapat halusnya sagu yang begitu lembut.  Keramahan masyarakat Papua muslim dalam menerima tamu merupakan pengalaman pertama yang saya dapatkan di tengah masyarakat asli Papua.

Dalam dunia pendidikan Islam, begitu jarang ditemui sekolah berbasis Islam di wilayah ini. Selain Perguruan Muhammadiyah Bintuni yang membuka jenjang Pendidikan TK Hingga SMA sejak tahun 1974. Usia yang cukup lama bagi Muhammadiyah dalam menerapkan amal usahanya di wilayah Bintuni. Keterbatasan jarak antar kota yang begitu jauh dan minimnya sarana pendidikan islam merupakan salah satu alasan yang menghambat pembangunan pradaban Islam, meskipun secara historis sudah sejak lama Islam hadir di wilayah ini.

   Masjid Babul Jannah Taroi, Tomu Teluk Bintuni

Keberadaan Masjid merupakan bukti adanya geliat muslim di wilayah Papua Barat, setidaknya dalam perjalanan  ini saya menghampiri tiga distrik yang dua diantara dihuni oleh mayoritas  penduduk yang beragama muslim dan satu distrik yang jumlah muslimnya sudah jauh berkurang. Di antara ketiga distrik tersebuat antara lain adalah : Distrik Tomu, Distrik Weriagar dan Distrik kamundan.

Begitu senang hati ini, ketika satu persatu distrik saya hampiri. Terdapat  bangunan Masjid yang berdiri, suatu pemandangan yang menyejukan hati. Pemandangan masjid cukuplah mencolok mata karena bangunan masjid amatlah berbeda dengan bangunan yang ada disekitarnya. Bangunan masjid yang saya temui tidaklah berbeda dengan masjid-masjid yang ada di jawa dengan atap tumpang dan mimbar kayu  dengan ukiran  bercampur kaligrafi Islam sederhana yang menghiasasi beberapa bagiannya.

Namun setelah beberapa saat tinggal di pesisir Utara Teluk Bintuni ini, saya rasakan keadaan yang cukup berbeda. Meski bangunan masjid begitu kokoh, Jumlah populasi muslim di tiga distrik disana  yang dua diataranya merupakan penduduk yang mayoritas beragama muslim amat berbalik keadaan dengan jumlah jamaah pada setiap ibadah sholat Jumat dilaksanakan. Kaderisasi Islam yang tidak begitu berjalan dengan baik menyisakan sepinya masjid-masjid.  Ditambah kurangnya ustad yang dapat memberikan pengajaran tentang  Islam.

Setidaknya ada upaya-upaya dilakukan oleh organisasi-organisasi islam mengirim para guru agama kewilayah terpencil seperti tiga distrik yang saya kunjungi ini. Namun ketidak berlanjutan pengiriman mengakibatkan terputusnya upaya penguatan dakwah islam di kalangan masyarakat muslim Papua. Hal ini disampaiakan salah satu penduduk ketika ia menceritakan bagaimana peranan ustad amat dibutuhkan, ketika ustad ada masjid akan ramai dan makmur dengan kegiatan, namun ketika ustad pulang dan tidak ada penggantinya masjidpun akan kembali sepi. 


Saya dengan Bapak Kaitam.

Padahal begitu sedihnya ketika  saya bertemu bapak Kaitam seorang pria tua yang mengaku umurnya 115th, asal distrik Tomu, menceritakan dengan jelas bagaimana perjuangan ia mempelajari islam dimasa lalu, sambil berbincang sambil mendengarkan pembacaan Rawi Barjanji yang di nyanyikannya begitu merdu dengan suara khas muslim Papua.  Allahuma Sholi wa Salim wa Barik Alaih...

  Ia menceritakan bagaimana harus ia belajar Islam dengan menjual hasil bumi berupa sagu untuk berangkat ke Fak-fak lalu kemudian pulang kekampung halamannya membawa ilmu yang didapatnya. Dalam bahasa Indonesia kurang pasih beliau mengungkapkan saya pergi membeli Bismillah ke Fak-fak.. dan pulang membawa ilmu tetang Islam. Cerita, Busron Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Makasar yang harus rela menjadi pendakwah melebihi lama tugas yang diberikan dari kampusnya. di distrik Kalitami, Teluk Bintuni. Semangat mendakwahkan penguatan akidah  ditengah masyarakat Islam begitu besar saya rasakan, bagaimana ia mulai


Bapak Kaitam dengan Cicitnya.

Menguatkan simbol Islam yang mulai pudar. Dari mulai  pemakaian hijab sebagai simbol muslimah, Memakmurkan kegiatan Masjid, hingga pengajaran Islam usia dini dan pengajian kitab  Riadussalihin ba’da sholat. hal ini saya rasa amat di perlukan melihat sejarah panjang melampaui kedatangan bangsa Eropa ke negeri Islam di Ujung timur Indonesia ini. Kesadaran umat yang harus ditingkatkan secara konsisiten dan tidak terputus bagi semua ummat Islam dimana pun berada.

Setidaknya tidak hanya utusan Muhammadiyah melalui Universita Muhammadiyah Makasar tetapi juga ada kiriman ustadz dari Nahdlatul Ulama dan AFKN yang secara berkala datang menjadi Imam di masjid-masjid disana.

Namun demikian pembangunan madrasah yang begitu sedikit dan hampir tidak ada sebagai sarana pendidikan penguat akidah Islam yang saya rasakan haruslah disegerakan mengingat akidah Islam yang mulai tergerus zaman di wilayah ini. Sayangnya pertemuan saya dengan masyarakat muslim Teluk Bintuni Utara amatlah singkat tidak banyak yang saya bisa ceritakan tentang bagaimana kedaan muslim yang mayoritas disana setidaknya ini merupakan sedikit catatan yang bisa saya sampaikan. Agar masyarakat dunia muslim lebih memperhatikan akidah saudara semuslim di bagian timur Indonesia.