Thursday 2 November 2017

Andi Jemma Sang Republiken Tana Luwu Part 1

Masa Kecil Andi Jemma

Ketika mendengar pahlawan nasional masyarakat pada umumnya hanya ingat beberapa nama, seperti Jenderal Besar Sudirman atau R. A Kartini. namun jika disebut Andi Jemma mungkin sedikit orang hanya kenal dengan nama gelarnya "Andi" Bangsawan Bugis pastinya.  Ya, pernyataan itu memang benar adanya. Andi Jemma adalah seorang bangsawan Luwu Sulawesi Selatan, tetapi bukan bangsawan biasa. Andi Jemma adalah seorang Raja Kerajaan Luwu yang menjadi pelopor pertemuan raja-raja se-Sulawesi Selatan untuk secara resmi mendukung pendirian Republik Indonesia yang diproklamasikan tanggal 17 Agustus 1945.

Andi Jemma adalah seorang keturunan bangsawan Tanah Luwu. dilahirkan pada tanggal 15 januari 1901 atau  bertepatan dengan 2 Ramadhan 1318 H.  di  Wara, Palopo. Lahir didalam Istana Pajung Luwu. Kelahiran Andi Jemma merupakan kelahiran yang amat dinantikan oleh seluruh  kalangan masyarakat Kepajuangan/Kedatuan/Kerajaan Luwu.  Bayi ini lahir dikala orang tuanya dari garis keturunan Ibu sedang memegang tapuk pemerintahan yang biasa disebut "anggau". Sebagai datu/Pajung di Luwu yaitu : Sitti Huzaimah Andi Kambo Opu Daeng Ri Sompa, dengan Ayahnya Andi Angka Opu Cenning. keduanya adalah keturunan langsung dari Datu luwu ke XXVIII, Etenri Waru Petta Matinroe Ri Tenggana Luwu. 

Kelahiran Andi Jemma dilukiskan dalam Buku Lahaji Patang yang berjudul Sulawsi dan Pahlawannya dengan menuliskan keadaan masyarakat Luwu saat kelahiran Andi Jemma dengan gegap gempita , para Wanita Luwu mengadakan tarian sakral dengan menggunakan pakaian warna ungu dangan membawa tabuh-tabuhan  yang beraneka ragam. baik dari gemercik Cirica, Calllepa, Appo dan Kenci.  perpaduan suara itu diibaratkan sebagai berada di soralaya  perkampungan para dewa.  hal ini begitu lajim ketika menunggu kelahiran anak pattola atau putra mahkota  dalam tradisi Kerajaan Luwu. 

Perhatian dan perawatan bayi dilakukan begitu sakralnya, selama empat puluh hari bayi harus terus menerus di pangku secara terus meneru siang dan malam secara bergantian oleh seluruh dayang -dayang istana kerajaan Luwu.  yang selam itu juga pihak kerajaan menyiapkan jamuan bagi para tamu yang datang untuk mengucapkan selamat atas kelahiran Andi Jemma seorang Anak Pattola Kepajuangan Luwu (Putra Mahkota Kerajaann Luwu). 

Andi Jemma kecil sudah ditinggalkan sang ayah sejak masih kecil, ayahnya Opu Cenning meninggal beberapa waktu setelah Andi Jemma lahir. sehingga otomatis peran Ibu dalam membesarkannya begitu dominan dalam mentrasfer keilmuan bagi kehidupannya hingga dewasa pada waktunya. Andi Jemma mulai mengenal pendidikan barat Pada tahun 1910. saat beliau mulai disekolahkan di Inlandsche School di  Palopo, pada usia 9 tahun.  

Masa-masa pendidikannya inilah yang membentuk karakter Andi Jemma dewasa. pada tahun 1915. Adi Jemma  menamatkan pendidikan formalnya dengan hasil yang sangat memuaskan. Namun Andi Jemma tidak melanjutkan pendidikannya ke tingkat yang lebih tinggi. Andi Jemma lebih memilih untuk mendapatkan pengetahuan dari cendik pandai dan tetua adat masyarakat Luwu untuk mendapatkan pelajaran adat istiadat yang terdapat di masayarakat Luwu. 

Saat mengenyam pendidikan inilah, Andi Jemma banyak bertemu dengan masyarakat luas. karena sebelumnya Andi Jemma hanya mendapatkan pendidikan didalam istana dan sekolah formal. interaksi dengan masyarakat yang kelak menjadi rakyatnya begitu sering ia lakukan baik dengan gembala kerbau  hingga rakyat kecil lainnya. 

Pendidikan dari cendik pandai dan tetua adat dengan mengunakan lontara-lontara yang terdapat di dalam kerajaan Luwu. lontara tersebut berisikan  banyak kisah-kisah  kerajaan baik pada masa Mitologi begitu berkembang di Tanah luwu hingga masa kekuasaan neneknya yang berkuasa sebelum Ibunya,  Andi Jemma pun mempelajari pelajaran tentang hubungan-hubungan kerajaan yang tercatat dilontara tetang jalinan  kerajaan Luwu dengan kerajaan-kerajaan sekitar dan juga kebiasaan adat-istiadat masyarakat Luwu.  keadaan tersebut menjadikan dirinya dapat membandingkan dengan apa-apa yang diajarkan oleh sekolah formal sebelumnya dan pendidikan yang dipilih setelahnya.

Sulewatang dan Pernikahan Andi Jemma

Sebagai putra mahkota, Andi Jemma harus mengikuti tradisi yang sudah menjadi kebiasaan di kerajaan Luwu. pada Usia 18 Tahun atau pada tahun 1919 Andi Jemma di berikan tugas sebagai Sulewatang (Jabatan Setingkat Wedana) di wilayah "Ngapa"  salah satu wilayah di Sulawesi Tenggara.  Hal ini merupakan  pengalaman pertama yang didapatkan sebagai calon pemimpin kerajaan Luwu pada nantinya. 

Pada masa inilah Andi Jemma mengakhiri masa remajanya. Andi Jemma menikah dengan misannya yang bernama A. Kasirang, pada pernikahan inilah Andi Jemma mendapatkan seorang putra satu-satunya  yang benama A. Makku Lau Opu Daeng Parreba. Andi Jemma harus menerima kehilangan setelah Istrinya berpulang kerahmataullah sewaktu melahirakan putera pertamanya. Tak lama setelah ditinggal istrinya,  Andi Jemma menikah lagi di tahun 1920 dengan seoarang gadis dari kalangan kebanyakan yang bernama Itang Daeng Pawero.  yang pada  pernikahan ini dikaruniai tiga orang putra  diantaranya: Andi Achmad, Andi Iskandar, dan Andi Nuhung. 

Pada 1923, Andi Jemma dipindah tugaskan untuk menjadi Sulawetang  di Ware, Palopo. dan pada 1 Oktober 1924 Andi Jemma menjabat sebagai Wakil Datu Luwu yang merupakan Ibunya Andi Jemma sendiri, pada masa itu Andi Jemma di beri gelar Cenning Luwu. Jabatan wakil Datu yang di imbannya membuka ruang yang lebih luas untuk menganyomi masyarakat. Sehingga pada kepemimpinannya  Andi Jemma begitu tertarik untuk membela kempentingan rakyatnya.

Saat menjadi Wakil Datu, yang juga merupakan Zelf Bestuur Luwu di bawah naungan  Hindia-Belanda, Andi Jemma mulai menjadi perhatian pemerintah kolonial.  hasrat memperjuangkan kepentingan rakyat luwu yang begitu mendalam dan menyala-nyala dalam jiwanya menjadikan ia begitu membenci penjajahan yang dilakukan oleh Belanda.

Tindakan yang dilakukan Andi Jemma adalah dengan aktif didalam organisasi radikal yang berkembang di Luwu yang bernama PERES. keikut serta Andi Jemma pada organisasi ini adalah ketika ia mulain mengenal salah satu pimpinan dari Organisasi tersebut tyang merupakan seorang sopir dari Sumatera. saat masa jabatannya ia sering kali membayaai organisasi pergerakan ini. sehingga suatu ketika uang pemasukan dari  wilayah Ware tidak bisa disetorkan ke perbendaharaan Hindia-Belanda karena telah habis untuk membiayai kegitan-kegiatan organisasinya tersebut.

Kehati-hatian  Hindia-Belanda pada akhirnya muncul terhadap gerak-gerik Andi Jemma, sehingga ketika peristiwa tidak adanya setoran dari Ware membuat Andi Jemma di Copot dari Jabatanya oleh ibunya atas desakan Contorleur Luwu. Bahkan Andi Jemma diusahakan untuk dikeluarakan dari daerah Luwu.  namun karena timbulnya protes dari masyarakat Luwu pada akhirnya pemerintah Hindia-Belanda  mengurungkan Niatnya tersebut, setelah melihat dan mempertimbangkan ke amanan daerah Luwu masa itu.